Jayapura, Jubi – Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB, Sebby Sambom menyatakan lima korban yang ditemukan meninggal di Sungai Brasa, Dekai, Ibu Kota Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada Jumat (15/9/2023) bukan anggota TPNPB.
Hal itu dinyatakan Sebby Sambom pada Sabtu (16/9/2023). “Mereka bukan anggota kami. Mereka murni warga sipil yang hendak pulang ke kampung mereka lalu ditembak dan dibom oleh militer Indonesia. Militer Indonesia telah menembak mati warga sipil yang tidak tahu apa-apa. Kami minta Perserikatan Bangsa Bangsa segera melakukan investigasi atas pembunuhan warga sipil pribumi Papua di Yahukimo,” kata Sambom.
Pada Jumat (15/9/2023), lima warga sipil ditemukan meninggal dunia di muara Sungai Brasa, Dekai. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan jenazah kelima warga itu ditemukan setelah terjadi kontak tembak antara aparat keamanan TNI/Polri dan kelompok bersenjata TPNPB pada Kamis (14/9/2023). Benny menyatakan di lokasi yang sama polisi menemukan dua magasin dan empat butir peluru.
Pada Jumat, Ketua Persekutuan Gereja Gereja Yahukimo atau PGGY, Pendeta Atias Matuan menyatakan lima warga sipil yang menjadi korban penembakan itu adalah Darnius Heluka, Musa Heluka, Man Senik, Yoman Senik, dan Kaраі Payage. Menurutnya, mereka adalah warga sipil biasa yang berusia 15 – 18 tahun, dan bukan anggota TPNPB.
Sambom mengatakan Markas Besar Komando Pusat Komando Nasional TPNPB telah menerima laporan Panglima Komando Daerah Pertahanan XVI Yahukimo TPNPB-Organisasi Papua Merdeka, Brigjen Elkius Kobak bahwa aparat keamanan membunuh lima warga sipil pribumi Papua pada 15 September 2023.
“Kejadian itu terjadi karena TNI dan Polri memantau pergerakan anggota TPNPB di Yahukimo menggunakan kamera udara di sepanjang Sungai Brasa. Biasanya, [di] sepanjang kali tersebut masyarakat sipil pribumi Papua [dari] Suku Ngalik dan Kesing pulang-pergi ke [Dekai, Ibu] Kota Yahukimo,” kata Sambom.
Sambom mengakui bahwa beberapa hari sebelumnya anggota TPNPB juga berpatroli dan menjaga Kali Brasa, karena ada penyerangan oleh pasukan TNI/Polri terhadap mereka.
“Begitu melihat pergerakan anggota TPNPB di sekitar jalan keluar-masuk di pinggiran Kali Brasa, [pasukan] TNI/Polri memasang ranjau. Padahal Kali Brasa merupakan tempat jalan keluar-masuknya warga sipil pribumi Papua, termasuk kelima orang warga sipil yang terkena ledakan bom [ranjau] tersebut. Lalu aparat berdalil bahwa mereka [anggota TPNPB]. Omong kosong! Keluarga dan Hamba Tuhan juga sudah mengakui kalau mereka berlima adalah warga sipil,” kata Sambom.
Sambom meminta Bupati Yahukimo bertanggung jawab karena telah mengizinkan TNI/Polri membangun sejumlah pos di Yahukimo. “TPNPB tidak akan membiarkan Indonesia menguasai wilayah kami, karena kami adalah pemilik negeri,” katanya.
Panglima Komando Daerah Pertahanan XVI Yahukimo TPNPB-Organisasi Papua Merdeka, Brigjen Elkius Kobak juga menegaskan kelima korban yang ditemukan di Sungai Brasa pada Jumat bukan anggota TPNPB. “Kami telah memastikan bahwa yang memasang bom di mata jalan yang menewaskan lima orang sipil pribumi Papua adalah TNI/Polri,” katanya. (*)