Jayapura, Jubi – Tim tanggap darurat bencana kekeringan yang melanda sejumlah distrik di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, terus berupaya melakukan pendistribusian bantuan kepada masyarakat.
Koordinator komunikasi publik Pemerintah Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Ricky Siwi saat dihubungi Jubi, Rabu (2/8/2023), mengatakan sejak 29 Juli 2023 pesawat telah mendarat di Agandugume untuk menyalurkan bantuan makanan, yang seharinya bisa melayani hingga dua flight.
Meski begitu, faktor cuaca menjadi kendala pendistribusian bantuan karena sejauh ini baru satu maskapai yang melayani penerbangan ke Distrik Agandugume maupun Lambewi dan Oneri.
“Kapasitas angkut juga tidak bisa banyak, namun masyarakat sudah bisa merasakan bantuan yang ada karena semua tumbuhan jenis umbi-umbian sudah tidak dapat dikonsumsi masyarakat karena sudah terkontaminasi dengan perubahan cuaca yang ada, sehingga jika dikonsumsi masyarakat bisa berakibat diare dan jika tidak tertangani bisa mengakibatkan meninggal dunia,” katanya.
Ia menjelaskan saat ini kebutuhan masyarakat memang masih difokuskan bahan makanan, tenda, serta obat-obatan. Pemerintah daerah sudah langsung tanggap dengan kebutuhan masyarakat.
“Kendala hanya faktor penerbangan ke lokasi bencana, karena hanya satu maskapai, namun bukan berarti maskapai lain tidak mau terbang ke sana tetapi lebih kepada pilot yang tersedia,” katanya.
Ia mengatakan jika rencananya pada Rabu (2/8/2023), Menteri Koodinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia akan mengunjungi Distrik Sinak, untuk melihat langsung penanganan bencana kekeringan di Puncak. Namun hingga pukul 15.00 WP ia belum mendapat konfirmasi kepastian kunjungan menteri ke Sinak.
“Bantuan saat ini terus mengalir dan melimpah misalnya dari BNPB sudah tiba 15 ton bahan makanan campuran, belum lagi bantuan lainnya seperti dari Panglima TNI, PT Freeport Indonesia, dan pemerintah daerah sendiri,” katanya.
Sejauh ini data korban meninggal dari bencana kekeringan akibat cuaca ekstrem masih enam orang. Tim medis pun telah diturunkan ke lokasi bencana, namun belum mendapat informasi lanjutan karena kesulitan jaringan telekomunikasi.
Dijelaskan ada dua distrik yang sangat terdampak yaitu Distrik Agandugume dan Lambewi. Namun jika musim kering terus berlanjut, maka bisa saja berdampak ke Distrik lainnya seperti Oneri, Kuyawage dan bahkan bisa sampai ke Illaga jika terus menerus tidak turun hujan bisa meluas ke distrik-distrik sekitar.
“Kesulitan lainnya apabila dari Sinak, pengiriman bantuan perlu jalan kaki dua hari dua malam untuk sampai di Agandugume. Pesawat memang masuk namun baru satu maskapai itu pun sangat tergantung dengan cuaca,” katanya.
Untuk masa tanggap darurat sejauh ini masih terus berjalan, namun ada permintaan dari masyarakat jika ingin diperpanjang hingga enam bulan ke depan. Hal itu, kata Ricky Siwi, karena masyarakat ingin menanam kembali kebun mereka yang rusak akibat cuaca ekstrem, sehingga selama bantuan disalurkan masyarakat akan melihat jika cuaca mulai membaik, maka akan kembali menanam untuk kebutuhan hidup.
“Permintaan ini untuk antisipasi jika kekeringan ini tidak berkepanjangan berarti masyarakat sudah bisa menanami kembali kebun mereka yang mati. Meski memang saat ini dilaporkan belum ada hujan bahkan di malam hari kadang turun salju juga, sehingga minta diperpanjang minimal enam bulan ke depan,” ujarnya. (*)