Jayapura, Jubi – Mecky Tebai, anak Papua asal Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah, mendirikan ‘Komunitas Teras Literasi Mahasiswa’ atau Koraslima sejak 2021. Koraslima didirikan sebagai wadah pengembangan minat dan bakat bagi para mahasiswa pecinta sastra dari berbagai kampus dan fakultas di Kota Jayapura.
Mecky Tebai merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Kesenian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Cenderawasih angkatan 2019. Ia mengaku sebelum mendirikan Koraslima ia sering menolong para mahasiswa yang ingin berkonsultasi tentang penulisan karya sastra, seperti cerpen dan puisi. Tebai sering dimintai tolong karena ia dikenal sering menulis puisi dan cerpen sejak di bangku SMA.
“Setahun penuh di 2020 itu saya melakukan pendampingan ke beberapa orang yang sering konsultasi soal sastra, baik puisi maupun cerpen. Saya dampingi mereka, sampai tahun 2021 semakin banyak yang datang. Akhirnya saya berpikir membuka kelas ‘les menulis’ puisi dan cerpen sore hari di kampus,” katanya.
Karena semakin banyak yang ingin belajar menulis karya sastra, Mecky bertekad mendirikan suatu wadah perkumpulan bersama bagi mereka. Seiring waktu, banyak mahasiswa yang bergabung di perkumpulan itu, dan ada delapan di antaranya yang serius ingin terus berkarya. Mereka mengusulkan agar didirikan sebuah komunitas.
“Mereka ngomong ke saya ‘Abang, kita yang sepaham ini dirangkum dalam satu komunitas kecil kah, biar Abang yang jadi mentor kami’. Saya bilang ‘kita gas’,” kata Tebai.
Mecky Tebai mendampingi ke delapan penulis pemula itu untuk berkarya. Ia fokus mendampingi sampai mandiri. Pada 27 November 2021 mereka diajak mengadakan kegiatan ‘Diskusi Literasi’. Itu kegiatan pertama komunitas yang kemudian dilanjutkan dengan penguatan kapasitas dan manajemen komunitas.
“Diskusi Literasi itu kegiatan pertama yang kami lakukan dan dengan itu kami resmi mendirikan komunitas Koraslima dan hari itu sampai sekarang kami peringati sebagai anniversary komunitas,” kata Tebai
Tebai yang ditemui Jubi di Telkom Cafe, Abepura, Kota Jayapura pada Senin (6/5/2024) menjelaskan setelah ia bersama delapan kawannya resmi mendirikan Koraslima, mereka membuat lima program kerja. Program itu di antaranya adalah Komunitas Teater Kampung (Koteka), Program Wisata Literasi, Bacerita Pake Puisi, dan Teras Literasi Wanita (Terawat).
“Lima program itu pelan-pelan kami laksanakan sampai sekarang,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, kata Tebai, delapan teman yang menyemangatinya mendirikan Koraslima, kini hanya tersisa empat orang masih bersamanya. Mereka adalah Valentinus B Oyan yang berasal dari Flores (NTT), Sri Ayu Wandira asal Sulawesi, Onesimus Rumanasen asal Biak, Nella Wambrau asal Biak, dan Sisilia Bita Lamadoken asal Flores Timur (NTT).
“Mereka itu yang masih bersama saya mengurus komunitas ini. Dan kami sudah tiga kali beregenerasi. Jadi saya pendirinya, mereka yang delapan orang namun kini tersisa empat orang, itu merupakan angkatan pertama sekaligus perintis Koraslima,” katanya.
Setelah Angkatan pertama, Koraslima memiliki angkatan kedua berjumlah 20 orang, dan angkatan ketiga berjumlah 100 orang yang ikut perekrutan, namun yang bertahan hingga kini sekitar 60 orang.
Tebai yang pernah dinobatkan sebagai Duta Bahasa Provinsi Papua pada 2022 mengatakan sejak masih menempuh pendidikan di SMA ia telah tertarik untuk menulis karya sastra, terutama puisi dan cerpen. Sesekali ia pernah mencoba menulis karya novel yang cukup menguji kesabarannya.
“Saya suka menuliskan setiap cerita dari kisah pribadi atau orang lain, kebanyakan menjadi cerpen,” katanya.
Berkecimpung di dunia kepenulisan sastra dan literasi, Mecky Tebai pernah menjadi Wakil Kepala Sekolah di Sekolah Menulis Papua dan hingga kini menjabat sebagai Ketua Forum Taman Baca Masyarakat (TBM) Kota Jayapura dan Wakil Sekretaris di Komunitas Sastra Papua (Kosapa).
“Tapi memang sementara ini saya fokusnya ke Koraslima saja,” kata Tebai. (*)
Discussion about this post