Enarotali, Jubi – Dua anak di Intan Jaya menjadi korban peluru ketika berlindung di dalam rumah, saat aparat keamanan Indonesia dari Satuan Brimob kontak tembak dengan TPNPB-OPM (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka) di Yokatapa, Sugapa, Kabupaten Intan Jaya pada Senin (8/4/2024) sekitar pukul 2 siang.
Ronal Ronaldus Duwitau, siswa Kelas VI SD Ipres Yokatapa di Distrik Sugapa, berumur 13 tahun, kelahiran Yokatapa, 25 Oktober 2010. Ia tewas di dalam rumah setelah peluru menembus dinding rumah tempat ia bersama keluarga mengamankan diri. Peluru itu mengenai kepalanya hingga tewas seketika.
Anak lainnya, Nepina Duwitau, baru berusia 6 tahun dan belum bersekolah. Ia kelahiran Yokatapa, 16 Maret 2018. Peluru mengenak telapak tangan kirinya menyebabkan ia kehilangan jempol tangan kirinya. Ia selamat dan harus dirawat di rumah sakit.
Digius Duwitau, keluarga korban Ronal Ronaldus Duwitau kepada Jubi melalui telepon mengatakan, peristiwa kontak tembak terjadi antara Satuan Brimob yang berada di pos samping Bank Papua Sugapa di Yokatapa, Intan Jaya dengan TPN-PB OPM.
“Di situ banyak masyarakat ramai… terjadi bunyi tembakan dari sekitar belakang kantor Bank Papua sehingga masyarakat yang ada semua masuk ke dalam rumah,” katanya. Ia mengirimkan video yang memperlihatkan lokasi kontak tembak.
Kedua korban, lanjut Digius Duwitau, ikut berlari ke dalam rumah untuk mengamankan diri. Rumah itu adalah rumah orang tua Ronal Ronaldus Duwitau. Rumah itu sebenarnya dalam suasana duka, karena ayah korban, Felix Duwitau, belum lama meninggal dan karib-kerabat sedang berkumpul di rumah itu dalam suasana kedukaan.
“Mendengar suara tembakan senjata di bagian kantor Bank Papua maka semua orang di rumah duka itu masuk ke dalam rumah,” ujarnya.
Semua orang di rumah itu berlindung sambil duduk. Saat itulah, satu peluru menembus dinding rumah dan mengenai kepala Ronal. Lalu peluru kedua menembus dinding dan mengenai tangan Nepina.
“Pas mereka sedang di dalam rumah, satu pelurunya mengenai pada bagian kepala Ronaldo Duwitau hingga meninggal dunia di tempat, darah hambur di dalam rumah,” kata Digius Duwitau.
Ia mengatakan, keluarga sudah memakamkan Ronal di halaman rumah pada Selasa (9/4/2024).
Sedangkan Nepina Duwitau, korban selamat, anak dari Pilipus Duwitau sudah dikirim ke Nabire untuk menjalani perawatan medis.
“Arah peluru dari pos Bank Papua”
Berdasarkan video yang dikirim ke Jubi diperkirakan jarak antara kantor Bank Papua dengann rumah korban 200-an meter. Dalam video itu terlihat dinding rumah bermaterial papan pada bagian luar dan di bagian luar mepakai triplek.
Menurut Digius Duwitau, saksi di tempat kejadian menceritakan bahwa sebelum kontak tembak tidak ada orang yang mencurigakan di sekitar rumah itu. Namun karena bunyi tembakan yang berhamburan, mereka semua masuk ke dalam rumah. Tapi mereka kaget ketika melihat Ronaldo jatuh di dalam rumahnya sendiri.
“Jika dilihat memang sudah jelas arah peluru dari pos Bank Papua. Ini kejadian kedua kalinya dari pos yang sama,” katanya.
Kejadian pertama pada Minggu (21/1/2024) di mana Yusak Sondegau tewas saat kontak tembak yang terjadi di Distrik Sugapa, Intan Jaya. “Yang pertama, tembakan dari pos yang sama dilakukan terhadap Yusak Sondegau ditembak dari belakang pos Bank Papua,” ujarnya.
Kantor Bank Papua Cabang Sugapa terletak Yokatapa, pusat ibukota Kabupaten Intan Jaya. Di kompleks kantor Bank Papua terdapat pos milik Satuan Brimob. Kehadiran Satuan Brimob untuk mem-backup aparat keamanan menstabilkan rawan keamanan yang terjadi di Intan Jaya.
Digius Duwitau mengatakan sangat trauma dengan keberadaan Pos Satuan Brimob di Bank Papua itu. “Harapan kami, seharusnya Pos Brimob ini ditarik kembali ke asal mereka,” ujarnya.
Kapolres Intan Jaya AKBP Afrizal Asri yang dikonfirmasi Jubi pada Selasa (9/4/2024) sore membenarkan adanya kontak senjata antara aparat keamanan dalam hal ini Satuan Brimob yang berada di pos samping Bank Papua Sugapa yang menyebabkan dua anak menjadi korban.
“Dari kejadian tersebut ada dua orang anak kecil yang terkena tembakan,” ujarpnya.
Menurut Kapolres kronologis karena ada gangguan tembakan dari kelompok TPNPB ke arah Pos Brimob Satgas ODC di samping Bank BPD Papua. Kemudian dilakukan tembakan balasan oleh Brimob yang berada di pos itu ke arah bunyi tembakan pada pukul 14.00 WP.
“Infonya dari kelompok Kodap VIII Intan Jaya pimpinan Undius Kogoya yang lakukan gangguan terhadap Pos Brimob,” katanya.
Ketika ditanya apakah bisa dipastikan peluru milik siapa yang mengenai kedua anak tersebut. “Situasi kontak senjata tidak bisa dipastikan itu tembakan siapa yang kena ke anak-anak tersebut,” kata Kapolres.
Aparat belum memastikan peluru siapa
Kepala Satgas Humas Operasi Damai Cartenz AKBP Bayu Suseno yang dikonfirmasi Jubi mengatakan, peristiwa tersebut bermula saat Satgas Gakkum Operasi Damai Cartenz menangkap satu orang atas nama Bui Wonda alias Bossman Wenda terkait senjata dan amunisi.
Menurut dia, pada Senin siang sekitar pukul 14.00 WIT, kelompok yang diduga TPNPB wilayah Intan Jaya pimpinan Undius Kogoya melakukan upaya membebaskan BW dengan menyerang pos Bank Papua di Intan Jaya.
“Suara rentetan tembakan oleh KKB kemudian terdengar dari arah belakang pos Bank Papua. Hal itu dibalas oleh anggota Satgas Operasi Damai Cartenz dari pos BPD dan pos tower ke arah suara tembakan sebanyak enam kali tembakan,” katanya.
Akibat dari serangan KKB tersebut, tambahnya, pos BPD mengalami rusak berat dan anggota Satgas dalam keadaan aman.
“Namun sekitar pukul 14.30 WP terdapat dua masyarakat yang tertembak, yakni kedua anak atas nama Nando Duwitau (12) dinyatakan meninggal dunia dan Nopina Duwitau (6). Satgas ODC segera mendatangi TKP dan mengevakuasi kedua korban ke Puskesmas Bilogai untuk diberikan pertolongan medis,” ujarnya.
Menurutnya, sampai saat ini belum diketahui dari arah mana tembakan yang mengakibatkan kedua anak itu terluka. “Kami masih terus melakukan penyelidikan untuk mengetahui dari arah mana tembakan yang mengakibatkan kedua masyarakat tersebut tertembak” ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya akan terus melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan. Selain itu juga melanjutkan penyelidikan terhadap pihak-pihak yang diduga merupakan jaringan OPM yang kini tengah diamankan.
Sementara, juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambon mengatakan aksi baku tembak antara TPNPB Kodap VIII Intan Jaya dengan Brimob di Intan Jaya terjadi akibat masalah politik antara Pemerintah Indonesia dan orang Papua yang tak pernah diselesaikan oleh kedua belah pihak.
“TPNPB menyampaikan kepada Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan pembicaraan damai dengan seluruh rakyat Papua agar konflik bersenjata yang terjadi di Tanah Papua antara kami dan militer Indonesia bisa diselesaikan dan harus di mediasi oleh PBB,” ujarnya.
Jika Indonesia biarkan hal ini terus terjadi, lanjut dia, maka warga sipil yang akan terus menjadi korban selama konflik terjadi. “Ini yang harus dipertimbangkan oleh negara indonesia untuk mengakhiri konflik di Tanah Papua,” katanya.
Keluarga korban desak Komnas HAM dan Pj Gubernur
Atas peristiwa konflik bersenjata yang tak kunjung selesai sejak Agustus 2019 dan telah banyak memakan korban jiwa, baik TNI, Polri, Brimob, maupun warga sipil yang terdiri dari berbagai golongan seperti balita, anak, remaja, tokoh agama, perempuan maupun kelompok TPNPB, maka pihak keluarga korban meninggal dunia, Ronal Ronaldus Duwitau mendesak kKomnas HAM, lembaga perlindungan anak, SKPKC Keuskupan Timika, dan lembaga independen lainnya untuk melakukan penyelidikan terhadap korban tembak.
“Jika terbukti, kami minta pelakunya diproses hukum sampai tuntas,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga mendesak Penjabat Gubernur Provinsi Papua Tengah, Dr Ribka Haluk dan Penjabat Bupati Kabupaten Intan Jaya Apolos Bagau untuk segera menarik Satgas Cartenz yang ditugaskan di pos samping Bank Papua Sugapa, serta seluruh pasukan nonorganik di Intan Jaya.
“Dengan tegas kami mengutuk tindakan oknum anggota dan oknum manapun yang menyebabkan ditembaknya anak Ronaldo Duwitau meninggal dunia seketika, walaupun tidak bersalah dan anak Nepina Duwitau yang hidup,” katanya.
Dalam setiap kali kontak senjata, lanjut dia, masyarakat menjadi serba salah, baik dari TNI Polri maupun TPN-PB OPM.
“Jadinya korban nyawa anak-anak dan ibu di lokasi yang sama, korban yang sama, dan pelaku yang sama. Hal ini perlu diperhatikan oleh Kapolres Intan Jaya dan Pj Bupati Intan Jaya untuk antisipasi korban selanjutnya,” ujarnya.
Pihaknya juga mendesak Kapolres Intan Jaya dan jajarannya perlu adanya perlindungan terhadap masyarakat sipil dan perlu pembinaan kambtimas, karena setiap satuan yang masuk ke Intan Jaya memberikan tekanan dan traumatis kepada kalangan masyarakat.
“Maka perlu pengawasan Bapak Kapolres Intan Jaya, perlu ada penegasan dari Penjabat Gubernur Papua Tengah, dan Penjabat Bupati Intan Jaya,” katanya. (*)
Discussion about this post