Jayapura, Jubi – Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI di Aceh – Sumatera Utara hanya tersisa 156 hari. Persiapan kontingen Papua masih jalan di tempat karena masih menunggu dukungan anggaran dari pemerintah yang belum kunjung tiba. Situasi terburuknya, Papua bisa saja absen di hajatan akbar olahraga Indonesia itu.
Sebanyak 374 atlet dari 54 cabang olahraga yang telah berhasil lolos ke PON XXI melalui perjuangan berat di babak kualifikasi atau Pra-PON tahun 2023 lalu, masih menunggu kabar baik dengan penuh harap cemas.
Sebagai organisasi yang berwenang terhadap pembinaan atlet, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Papua tak tinggal diam. Mereka masih terus berupaya untuk mencari jalan keluar.
Hanya saja, upaya yang dilakukan belum juga membuahkan hasil atau titik terang dukungan pemerintah lewat beberapa kali pertemuan. Program yang sudah dicanangkan untuk menghadapi PON XXI akhirnya masih terbengkalai.
“Schedule atau perencanaan pada Maret dan April ini sesuai periodesasi sebenarnya atlet-atlet kita itu sudah harus masuk dalam penampungan dan pemusatan latihan sebagai persiapan menuju PON XXI,” kata Ketua Umum KONI Papua, Kenius Kogoya kepada wartawan, Kamis (4/4/2024).
“Namun program ini terancam tidak bisa jalan karena sampai dengan detik di mana kami bicara dan rapat itu belum mendapatkan sebuah kepastian atau nilai anggaran yang diperuntukkan untuk PON.”
KONI Papua masih berharap penuh kepada pemerintah untuk bisa memberikan respons perihal perhatian dan dukungan kepada atlet-atlet Papua yang hanya punya sisa waktu tiga bulan untuk mematangkan persiapan menuju PON XXI.
“Jangan sampai atlet-atlet kita yang sudah berlatih mempersiapkan diri dan segala macamnya dengan harapan besar tapi tahu-tahunya mereka kemudian tidak bisa ikut,” ujarnya.
Kenius mengaku persiapan atlet Papua menuju PON XXI semakin sempit. Ia pun berharap dalam waktu dekat ada jawaban ataupun solusi dari pemerintah perihal nasib kontingen Papua.
“Dari sisi waktu kita sebenarnya sudah kalah waktu dengan periodesasi yang sudah kita susun untuk mempersiapkan atlet. Kami berharap ada solusi dari pemerintah daerah, Pj Gubernur, DPR dan semua stakeholder untuk memberikan dukungan agar bagaimana atlet kita bisa mengikuti PON,” katanya.
Butuh Rp 200 Miliar
KONI Papua membutuhkan minimal Rp 200 miliar untuk mengikutkan kontingen Papua ke PON XXI di Aceh – Sumut. Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan sesuai kebutuhan mulai dari program TC hingga keberangkatan atlet.
“Ada beberapa versi, yang kita hitung tanpa bonus untuk 374 atlet dengan ofisial itu jumlahnya kurang lebih sekitar Rp200 miliar, itu mulai dari pelaksanaan TC Sampai dengan keberangkatan ke PON,” kata Kenius.
Namun, KONI tak mau mendesak. Mereka akan menyesuaikan jumlah atlet dan kebutuhan sesuai dengan anggaran yang nantinya diberikan oleh pemerintah daerah.
Bahkan opsinya, mereka akan mempertimbangkan untuk menyeleksi kembali berapa atlet yang akan diberangkatkan sesuai dengan potensi medali.
“Jumlah atlet kita yang sudah lolos itu kurang lebih 402 atlet dari 54 cabor, cuma setelah diseleksi lagi jadi 374 atlet. Kemudian ada kemungkinan bisa berkurang lagi dari jumlah 402 itu menjadi kurang lebih 271 atlet yang akan kita siapkan untuk PON XXI. Itu pun kembali tergantung dari anggaran, kalau misalnya ada yah kita akan berangkat,” ujarnya.
Dalam situasi yang masih mengambang, KONI Papua masih tetap optimis ratusan atlet yang sudah lolos ke PON XXI itu tak akan pulang dengan hasil mengecewakan dari Aceh – Sumut.
“Kami tetap optimis dan melakukan langkah untuk mendapatkan dukungan walau kalah dengan waktu, kita berharap atlet-atlet kami tidak mengecewakan dan mengharumkan nama baik Papua. Kita berharap bisa ikut meriahkan dan membawa nama Papua pada PON XXI nanti,” katanya.
Sangat Terlambat
Ketua bidang sports science dan iptek KONI Papua, Dr. Daniel Womsiwor, S.Pd,M.Fis,AIFO-P, mengatakan secara periodesasi atlet Papua sudah sangat terlambat dalam melakukan persiapan.
“Memang kalau kita menganalisa secara fisiologi dari periodesasi atau tahapan mempersiapkan atlet PON ini memang Papua sudah sangat terlambat,” katanya.
Namun ia menyebut, keterlambatan itu bukan karena kelalaian KONI Papua. Menurutnya, momen yang bertepatan dengan tahun politik mempengaruhi situasi yang dihadapi saat ini.
“Tentu ini bukan kelalaian KONI, walaupun sampai pada bulan ini memang KONI sendiri tidak berani melakukan tindakan-tindakan nyata untuk menyiapkan atlet yang sudah lolos ke PON XXI,” ujarnya.
“Salah satu penyebabnya adalah PON dilaksanakan di tahun politik, ini yang menjadi penyebab utama. Karena selama ini KONI selalu bergantung kepada dana hibah dari pemerintah, itu yang menjadi kendala bagi KONI Papua.”
Sementara itu, pelatih kepala Muaythai Papua, Donny Ayorbaba mengatakan, secara periodesasi latihan, atlet seharusnya sudah melakukan pemusatan latihan di awal Maret ini.
“Saya sudah buat periodesasi, di mana start dari bulan Maret ini untuk persiapan umum sampai Mei. Kemudian Mei-Juni persiapan khusus, Agustus itu sudah pra kompetisi dan September itu kompetisi utama,” kata Donny.
Donny mengaku perjuangan mereka sangat berat. Sebab menuju pertandingan utama tinggal menyisakan kurang lebih 4 bulan lagi. Sementara KONI belum melakukan pencanangan TC terpusat.
“KONI ini bergantung dengan pemerintah provinsi, dan kami pelatih dan atlet berharap kiranya jangan terlalu lama agar kami pelatih dan atlet bisa bergerak. Kami sangat berharap, pemerintah provinsi dapat memperhatikan KONI Papua agar tim PON KONI Papua segera dibentuk,” ujarnya.
Pelatih tim Dayung Papua, Vines Kambay juga berharap segera ada kepastian dukungan dari pemerintah. Pasalnya, waktu persiapan mereka sudah kian mepet.
“Dengan waktu yang singkat ini kita mau sesegera mungkin ada kepastian, biar waktu yang ada ini kita bisa mempersiapkan diri dengan lebih bagus lagi untuk tampil di PON XXI nanti,” kata Vines. (*)
Discussion about this post