Jayapura, Jubi – Semua sepakat, lebih sulit merebut juara ketimbang menjaga dan merawatnya hingga terus berkembang. Itulah ungkapan yang tepat bagi Sang Jenderal Lapangan Mutiara Hitam, Persipura Jayapura, dari semifinal Piala AFC 2014, juara empat kali Liga Indonesia, hingga akhirnyai terpuruk ke Liga 2.
Bahkan untuk tetap berdiri dan berkepala tegak. Mereka bilang walaupun Persewar Waropen dan PSBS Biak masuk Liga 1 tetapi hanya Persipura Jayapura yang berbintang empat melekat di jersey merah strip hitam.
“Hanya kami satu-satunya klub yang berbintang empat alias sang jenderal dari klub-klub di Indonesia,” kata Jack Komboy, mantan defender Persipura dalam film Jubi TV berjudul Mutiara Hitam Jenderal Lapangan.
Namun dukungan dan pesan agar tim Mutiara Hitam tetap bertahan dan terus berjuang ke Liga 1, hingga akhirnya terhenti. Mimpi dan harapan ini terhenti saat Persipal Palu merebut posisi ketiga di bawah Persewar dan PSBS Biak di Grup 4 Liga 2 musim 2023/2024.
Gol Irfan Mofu, mantan striker Persipura, ke gawang Kalteng Putra, telah memenangkan Persipal Palu dengan skor 2-0. Hasil kemenangan ini jelas mengubur mimpi tim berjuluk Mutiara Hitam melaju ke babak 12 besar Liga 2.
Meskipun pemain sudah berjuang dan manajer telah berjanji akan memberikan ‘obat batuk’, ternyata tidak berdampak. Manajer tim Mutiara Hitam, Abisasi Rollo, menyebut obat batuk adalah ungkapan dia untuk memberikan bonus bagi perjuangan para pemain dalam meraih kemenangan di babak penyisihan Grup 4 Liga 2.
Kegagalan dan kekalahan skuad Mutiara Hitam ke Liga 2 musim ini sudah diprediksi mantan kapten Persipura era 1990-an, Ferdinando Fairyo. Dia menyebut tim Mutiara Hitam menyiapkan tim terlambat dan semua pemain kumpul berlatih hanya seminggu dan langsung ikut kompetisi.
“Ini seperti persiapan klub tiga malam datang menyanyi dan pulang setelah bertanding,” kata seraya mengingatkan jangan terlalu berharap banyak dan persiapkan tim agar tetap di Liga 2.
Berjuang agar jangan turun ke Liga 3
Manajer Persipura, Abisai Rollo, tetap bersemangat mendorong agar para pemain Mutiara Hitam berjuang agar tetap di Liga 2 dan jangan sampai turun ke Liga 3. Dia berharap tim tetap bertahan di Liga 2 dan musim depan kembali berjuang merebut jatah ke Liga 1.
Pendapat Abisai Rollo ini sesuai dengan saran dari Ferdinando Fairyo, mantan pelatih Persipura U-18. Menurut Fairyo, Abisai Rollo sudah harus menghidupkan kembali kompetisi klub-klub di Kota Jayapura guna mencari pemain baru terutama pemain muda angkatan Reino Salampessy, mantan pemain timnas U-19.
“Persipura harus menyeleksi pemain muda U-19 guna menyiapkan skuad musim depan dengan kondisi fisik yang prima,” katanya.
Dia memberikan contoh bagaimana tim Persewar Waropen menyeleksi pemain pemain muda termasuk bekas pemain PON 2021 dengan latihan fisik, berlari dari Jembatan Merah ke Kampung Skouw.
“Latihan fisik penting agar pemain bisa bermain penuh selama 90 menit dengan kondisi fisik prima,” kata Faiyro.
Pelatih Eduard Ivakdalam sendiri merekrut pemain-pemain muda sejak mereka masih bermain di SSB. Misalnya Ricardo Kaka Jouwe adalah jebolan SSB Pasifik Star, di mana Eduard Ivakdalam sendiri yang melatihnya sejak masih usia 10 tahun.
Persipura musim 2022-2023 jarang merekrut atau mengontrak pemain-pemain jebolan PON 2021. Memang Ricky Cawor, top skor PON Papua 2021, pernah membela tim Mutiara Hitam, tapi saat degradasi, Cawor pindah ke PSS Sleman bersama Tod Rivaldo Ferre.
Pengalaman menunjukkan bahwa hampir sebagian besar pemain Persipura selalu diperkuat pemain jebolan PON.
Boaz T Solossa dan kawan-kawan merupakan pemain jebolan PON 2004 Sumsel yang menjadi juara Liga Indonesia musim 2005/2006. Sebelumnya, Ferdinando Fairyo dan kawan–kawan peraih medali emas PON 1993 yang kembali membawa Persipura ke Liga Utama Indonesia.
Mungkinkah skuad PON 2024 dibawah bimbingan pelatih Ricardo Salampessy akan menjadi cikal bakal tim Mutiara Hitam 2024? Tak tahulah. Tetapi yang jelas, hampir sebagian besar pemain bekas PON selalu menjadi tulang punggung tim Mutiara Hitam. (*)