Jayapura, Jubi- Potensi talenta sepak bola dari Papua tak pernah habis, terutama para pemain gelandang atau pengatur serangan maupun gelandang jangkar pengangkut air. Rully Nere salah satu legenda Persipura bermain cemerlang ketika membela Persija Jakarta maupun tim nasional Indonesia.
Rully Nere dengan kostum tim nasional bernomor 14 itu bahkan mendapat julukan Jean Tigana Indonesia. Maklum, gaya bermainnya mirip gelandang pemain tim nasional Perancis era 1980-an itu.
Rully Rudolf Nere yang kelahiran 13 Mei 1957 itu adalah salah satu gelandang muda yang ikut membela tim Persipura Jayapura berlaga di di Kings Cup, Bangkok, Thailand. Rully Nere juga membela tim Mutiara Hitam saat bertanding di Saigon, saat itu ibu kota Vietnam Selatan, yang kini dikenal sebagai Ho Chi Minh City.
Berperan sebagai pengatur irama serangan di lapangan hijau, Rully Nere berhasil membawa tim nasional meraih medali emas pertama ajang SEA Games 1987 di Jakarta. Sejak saa itu, tim nasional belum pernah meraih lagi medali emas SEA Games.
Namun Rully Nere bukan satu-satunya pemain gelandang asal Papua. Dia adalah Ronny Wabia, yang besama Chris Leo Yarangga dan kawan-kawan meraih medali emas di PON XIII Jakarta. Pretasi itu akhirnya mengantarkan pemain kelahiran 23 Juni 1970 itu menjadi bagian dari Persipura dan tim nasional Indonesia.
Bersama Persipura, Ronny Wabia pernah terpilih sebagai pemain terbaik Ligina Indonesia. Sebagai gelandang terbaik di tim nasional, Ronny Wabia pernah memberikan umpan manis kepada Widodo C Putra, saat berlaga dalam Piala Asia 1996.
Umpan itulah yang menjadi salah satu gol paling spektakuler yang pernah dicetak Widodo C Putra, yang sukses membobol gawang tim nasional Kuwait. Ronny Wabia dan Widodo C Putra memang sama-sama maestro, yang satu pandai membaca lapangan, yang satu punya insting gol tajam. Ronny Wabia selalu menciptakan peluang dan memberikan assist kepada striker timnas Indonesia.
Tradisi Papua melahirkan pemain gelandang itu terus berlanjut. Sebut saja nama-nama besar pemain tim nasional Indonesia, seperti Eduard Ivakdalam, Ian Kabes, Imanuel Wanggai, serta M Tahir.
Imanuel Wanggai bahkan pernah menjadi kapten timnas Indonesia U-19. Pemain yang biasa dipanggil “Dai” dalam tim Persipura itu membela Persipura sejak usia 18 tahun. Semula, mendiang Carolino Ivakdalam hendak mendorongnya menjadi seorang gelandang serang. Akan tetapi, ketika masuk ke Persipura, Dai Manu justru piawai bermain sebagai gelandang bertahan, alias pemain pengangkut air atau pemain jangkar.
Pada generasi sekarang, ada Todd Ferre, Terens Puhiri, dan Ramai Rumakiek yang bisa memainkan peranan gelandang. Namun, yang kini paling bersinar di tim nasional adalah Ricky Kambuaya.
Pemain bernama lengkap Ricky Richardo Kambuaya itu lahir di Sorong pada 5 Mei 1996. Dia mengawali kariernya di luar Papua, di kesebelasan Persimojokerto atau PS Mojokerto pada musim 2017 – 2018. Ricky Kambuaya lalu berlabuh ke PSS Sleman, dan semakin berkembang sejak bergabung dengan Persebaya Surabaya.
Meski belum membawa tim nasional Indonesia menjadi juara, pemain yang kini membela Persib Bandung itu terus bermain cemerlang. Rikam, panggilan akrab Ricky, bisa bermain di berbagai posisi—termasuk menjadi gelandang bertahan maupun gelandang serang.
Talenta sepak bola Papua memang selalu bermunculan, ibarat mati satu tumbuh seribu. Semoga gudang pemain sepak bola Papua tak pernah kosong dan habis.(*)
Discussion about this post