Jayapura, Jubi – Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan sarung salah satu bukti kesinambungan peradaban agama, seperti Hindu, Buddha, dan Islam.
“Sarung adalah bukti kesinambungan sejarah dan ketersambungan kawasan peradaban yang sangat luas,” ujar KH Yahya Cholil dalam rilisnya di Surabaya, Minggu (22/10/2023).
Dia mencontohkan di Indonesia yang mayoritas muslim, santri dan kiainya bersarung, masyarakat India yang Hindu juga bersarung, dan Myanmar yang Buddha juga bersarung.
“Sarung merupakan penyambung dari sekian banyak masyarakat yang heterogen dalam satu kawasan peradaban yang luas,” katanya.
Dijelaskan Gus Yahya, panggilan akrabnya, sarung sudah dipakai orang di Nusantara bahkan sejak sebelum Islam dikenal di sini. Artinya, walaupun masyarakat Nusantara sekarang mayoritas muslim, sarung tetap jadi bagian dari tradisi kehidupan mereka.
Sejarah peradaban Nusantara, kata Gus Yahya, terus bersambung dari zaman ke zaman. Meski pada satu masa, misalnya Sriwijaya, sangat diwarnai tradisi Buddha dan sekarang menjadi masyarakat mayoritas muslim, tetapi karakter budayanya (sarung) tidak berubah.
“Ini modal yang menjadikan santri Nusantara ini selamat dari gonjang-ganjing sejarah global yang menjadi kesulitan di tempat lain. Ini patut kita syukuri, makna sarung dan vitalitas budayanya. Tidak ada yang lebih ulet dari vitalitas budayanya melebihi sarung,” papar Gus Yahya.
“Sarung dari zaman kuno sampai sekarang bentuknya sama. Motifnya tinggal kreativitas komunitas tenun. Sarung punya vitalitas budaya ulet,” lanjutnya.
Hal senada disampaikan Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki. Menurutnya, sarung merupakan bagian yang tidak lepas dari ciri bangsa. Bahkan sarung yang sebelumnya identik dengan masyarakat kampung dan tradisional, kini digunakan juga di banyak acara kenegaraan yang dihadiri presiden dan wakil presiden.
Selain vitalitas budaya, kata Wamenag, tenun sarung menggambarkan nilai persatuan dan kesatuan. “Sarung ditenun dari helai demi helai benang hingga menjadi sarung. Ini wujud psrsatuan dan kesatuan. Sarung kuat karena diikat melalui tenun,” ujarnya.
“Sarung adalah kekayaan Nusantara. Kain tradisional sarat makna budaya Nusantara. Digunakan secara nasional dalam beragam kegiatan. Kita berharap suatu hari nanti akan memperingati Hari Sarung Nasional,” tandasnya.
Hari Santri 2023 dimeriahkan dengan Sarung Santri Nusantara. Bertempat di Gedung Negara Grahadi Nusantara Surabaya, acara ini berlangsung dalam nuansa berbeda. Para tamu undangan hadir dengan mengenakan sarung dengan beragam corak dan warna.
Hadir dalam acara tersebut di antaranya Menag Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas. Hadir juga Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, Wamenag Saiful Rahmat Dasuki, jajaran pejabat Eselon I dan II Kemenag, serta ratusan santri dan warga Surabaya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!