Jakarta, Jubi – Kepala Staf Komando Gabungan Wilayah (Kaskogabwilhan) III Marsma TNI Deni Hasoloan Simanjuntak menyebutkan aksi bersenjata kelompok bersenjata yang mereka sebut sebagai Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua yang melakukan pembantaian terhadap pendulang emas di Kali EI Kampung Mosom Duba, Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan sebagai aksi yang brutal.
Kaskogabwilhan III sangat menyayangkan terjadinya aksi brutal KST Papua tersebut, yang telah membuat rasa takut di masyarakat Papua.
“Tindakan Kelompok Separatis ini tidak ubahnya seperti teroris yang membuat keamanan dan stabilitas wilayah terganggu, yang sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat Papua,” ujarnya di Jakarta, Rabu (18/10/2023)
Lebih lanjut disampaikan bahwa korban pembantaian tersebut merupakan masyarakat sipil biasa yang setiap hari hidupnya tergantung dari hasil mendulang, tidak ada dari aparat intelijen TNI yang menyamar menjadi pendulung.
“Mereka murni masyarakat sipil, tidak ada dari TNI maupun Polri, karena biasanya klaim dari TPNPB, seperti lagu lama selalu mengatakan korban adalah mata-mata atau intelijen TNI maupun Polri,” tegasnya.
Informasi terbaru dari peristiwa di Yahukimo ini menyebutkan sejumlah 27 orang berhasil dievakuasi, 7 meninggal dunia dan 20 orang selamat, terdapat yang luka ringan. Rinciannya 18 orang evakuasi tahap pertama dan selanjutnya berhasil dievakuasi 9 orang. Saat ini aparat TNI-POLRI terus melakukan penyisiran untuk mencari masyarakat yang mungkin masih ada yang selamat dari pembantaian KST. Demi tegaknya hukum saat ini Aparat TNI sedang melakukan pengejaran terhadap kelompok bersenjata pimpinan Asbak Koraneu.
Asbak Koranue disebutkan sebagai bagian dari kelompok Egianus Kogoya. Senjata mereka 1 senapan SS1 V2, panah, dan parang. Selain membunuh, mereka juga disebutkan membakar 3 ekskavator, 2 truk, dan Kamp Pendulangan.
Saat dihubungi Jubi, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Sebby Sambom mengaku sangat yakin bahwa para pendulang yang diserang oleh Asbak Koranue bersama kelompoknya ini adalah aparat keamanan yang menyamar. Sementara tujuh orang yang tewas adalah anggota intelijen Indonesia.
“Kami sudah sampaikan berkali-kali, semua warga sipil yang bekerja sebagai tukang, pekerja proyek dan penambangan ilegal untuk tinggalkan wiyah konflik bersenjata antara TPNPB Dan TNI/Polri, jika masih kepala batu maka TPNPB tidak akan kompromi, seperti yang terjadi di Yahukimo itu.” Kata Sambom.
Lanjutnya, sebaiknya warga non Papua yang ada di Tanah Papua ini tidak mendengarkan pihak TNI /Polri yang membekerjakan mereka.
Operasi ini di lakukan di Seradala, Yahukimo itu menurut Sambom dilakukan oleh Pasukan gabungan yakni TPNPB Kodap III Ndugama Dan TPNPB Kodap XVI Yahukimo . (*)