Jayapura, Jubi – Klasis Port Numbay menggelar Pawai Syukur dalam rangka menyambut HUT Pekabaran Injil (PI) di Tanah Papua yang ke-170 tahun. Kegiatan ini diikuti oleh jemaat-jemaat se-Klasis Port Numbay, dengan rute yang dimulai dari Lapangan Trikora Abepura, melewati Dok Lima, dan berakhir di Taman Imbi, Kota Jayapura.
Ketua Klasis Port Numbay, Pdt. Andris Tjoe, M.Th, menyatakan bahwa pawai syukur ini merupakan bagian dari perayaan 170 tahun masuknya Injil di Tanah Papua.
Kegiatan ini dikemas dalam bentuk karnaval kendaraan berhias, yang bertujuan untuk membangun kebersamaan dan kesatuan bagi seluruh warga yang tinggal di Tanah Papua, baik sebagai warga negara maupun sebagai jemaat gereja.
Menurut Pdt. Andris, Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat asli Papua, tetapi juga bagi semua suku dan bangsa yang ada di tanah ini.
Ia menekankan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyatukan semua orang untuk hidup berdampingan dan menikmati berkat Tuhan di tanah ini.
Dalam rangka peringatan 170 tahun masuknya Injil di Tanah Papua, gereja juga berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Jayapura untuk menggelar perayaan puncak HUT PI pada 5 Februari 2025.
Perayaan ini akan melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh adat, pemuda, dan pemerintah, dalam menjaga ketertiban, keamanan, dan perdamaian di Kota Jayapura.
Pdt. Andris menekankan bahwa pawai syukur ini juga menjadi simbol pemulihan setelah dua bulan terakhir Kota Jayapura mengalami dinamika politik yang cukup kuat. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk meninggalkan perbedaan pandangan politik dan kembali bersatu dalam membangun tanah ini.
Menurutnya, peringatan 170 tahun Injil di Tanah Papua harus menjadi pengingat bagi seluruh warga, terutama jemaat Klasis Port Numbay, bahwa perbedaan pandangan tidak boleh merusak persatuan dan keharmonisan.
Ia menegaskan bahwa sebagai pemimpin spiritual, dirinya mengajak seluruh masyarakat untuk bergandengan tangan, satu hati, dan satu pikiran dalam membangun negeri ini.
“Seperti tema Kota Jayapura, kita harus satu hati dalam membangun kota ini untuk kemuliaan nama Tuhan. Saya berharap momen ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjaga kebersamaan,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Pdt. Andris juga menyoroti pentingnya kerja sama antara gereja dan pemerintah, terutama dalam tiga bidang utama: pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ia menilai bahwa sinergitas antara gereja dan pemerintah sangat penting dalam memastikan kesejahteraan masyarakat di Kota Jayapura.
Sementara itu, Pdt. Frans Mambrasar, S.Th, MM, yang juga merupakan Anggota Badan Pekerja Sinode GKI Wilayah 1, menegaskan bahwa Pawai Syukur ini bertujuan untuk menyatukan semua suku bangsa di Kota Jayapura.
Menurutnya, perayaan HUT PI bukan hanya untuk masyarakat asli Papua, tetapi juga untuk semua orang yang kini hidup di tanah ini, karena Papua telah menjadi bagian dari sejarah penyebaran Injil.
Ia mengingatkan bahwa sebelum 5 Februari 1855, orang Papua belum mengenal Tuhan. Dalam peta penginjilan dunia, Papua dahulu disebut sebagai “negeri hitam” karena belum tersentuh oleh ajaran Kristen. Namun, setelah Injil masuk, seluruh peradaban dan kehidupan masyarakat di Papua mengalami perubahan besar.
“Hari ini kita lihat semua suku ada di negeri ini—dari Biak, Serui, Waropen, Tabi, hingga saudara-saudara dari luar Papua seperti Manado, Jawa, Toraja, dan Batak. Ini menunjukkan bahwa Injil telah menyatukan kita semua,” ujarnya.
Pdt. Frans juga menekankan bahwa peran gereja, pemerintah, dan adat harus berjalan berdampingan dalam memajukan Papua.
Gereja bertugas memberitakan Injil, pemerintah bertanggung jawab mewujudkan nilai-nilai Injil melalui pembangunan, dan adat berperan dalam menjaga kearifan lokal serta persatuan masyarakat.
Sebagai bagian dari Sinode GKI, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada Klasis Port Numbay, yang merupakan salah satu klasis terbesar di GKI dan selalu berperan aktif dalam mendukung berbagai program gereja.
“Klasis ini memberikan sokongan besar bagi GKI. Jika hari ini mereka menggelar pawai kendaraan yang diikuti banyak orang, itu adalah sesuatu yang memuliakan Tuhan,” tutupnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!