Wamena, Jubi – Puluhan warga yang tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir atau TPA di Distrik Pisugi, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, mengeluh akibat pembuangan sampah di TPA tersebut dilakukan tak beraturan. Sampah tidak ditumpuk pada tempat yang telah disediakan tapi berhamburan di sepanjang jalan.
Bahkan ada oknum tertentu yang kerap membuang sampah di pinggir jalan di sekitar TPA. Akibatnya, sampah yang berceceran tersebut menimbulkan bau busuk dan membahayakan kesehatan masyarakat di sekitarnya dan memperlihatkan pemandangan tak sedap.
Keluhan para warganya tersebut disampaikan Kepala Distrik Pisugi, Agustinus Kossay, dan perwakilan tokoh pemuda setempat, Wilmen Hubby, saat ditemui Jubi di gedung sekolah Minggu di Wamena, Kamis (14/9/2023) pagi.
“Saya sebagai kepala distrik minta kepada dinas terkait yang kelola TPA ini segera memerintahkan staf dan sopir truk yang mengangkut sampah, supaya sampah tersebut jangan tercecer di pinggir jalan. Tempat pembuangan ini sebaiknya diatur dan ditata secara baik,” kata Agustinus Kossay.
Kossay menjelaskan TPA di Distrik Pisugi tersebut sebenarnya tempat yang sangat keramat. Tapi sekitar tahun 80-an, para orang tua sudah terlanjur menyerahkan lokasi itu ke Pemerintah Kabupaten Jayawijaya untuk dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah.
“Kita mau larang juga sudah tidak bisa. Kami juga sudah pernah sampaikan keluhan masyarakat ini kepada pemerintah dan dinas terkait. DPRD Jayawijaya bahkan sudah pernah meninjau lokasi untuk bikin pagar serta penghijauan di sekitar TPA tapi tidak pernah direalisasikan sampai saat ini,” jelas Kossay.
Ia juga minta Pemkab Jayawijaya membuat pagar keliling di sekitar TPA sehingga pembuangan sampah bisa terfokus pada tempatnya. Selain itu, area sekitar perlu dilakukan penanaman pohon agar wilayah itu tidak terlihat kumuh.
“Kalo buat pagar itu akan aman. Kalo bisa juga penanaman pohon di sekitaran itu supaya tidak kelihatan kumuh tapi lingkungan jadi segar, sehat. Pohon perlu ditanam supaya tertata bagus,” katanya.
Kossay mengatakan jika TPA Pesugi tidak ditangani baik akan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat sekitar. Ia juga khawatir akan terjadi pencemaran lingkungan seperti sumber air juga tercemar.
Selain itu, bau tidak sedap juga sering muncul, apalagi saat musim hujan. Akibatnya, rumah-rumah warga sekitar menjadi sarang lalat.
“Sekarang sangat banyak lalai padahal dulunya tidak seperti ini,” ujar Kossay.
Sementara itu, perwakilan tokoh pemuda setempat, Wilmen Hubby, mengatakan meskipun area itu berfungsi sebagai TPA, namun pembuangan sampah harus teratur. Sampah tidak bisa dibuang sembarang dan sampah berserakan di mana-mana.
“Sampah di TPA Pisugi ini dibuang di pinggir-pinggir jalan. Setiap hari kami harus bersihkan. Kadang kami kumpulkan lalu bakar. Kami tekankan kepada petugas pengumpul sampah maupun sopir truk sampah, supaya sampah itu dari kota sebelum dibawa ke TPA harus dikemas baik agar tidak terbuang sembarang,” katanya. (*)