Jayapura, Jubi – Kedatangan 57 orang peserta dari komunitas Masyarakat Adat dari Bumi Raja Raja Maluku disambut dengan tari Lenso oleh Ikatan Keluarga Maluku (Ikemal) di Tanah Tabi, Papua, ‘Negeri Matahari Terbit’ pada Minggu (16/10/2022) di pelabuhan Port Numbay, Kota Jayapura.
Tarian Lenso ini ditampilkan untuk menyambut para tamu masyarakat adat Maluku peserta Kongres Masyarakat Adat Nusantara atau KMAN VI yang akan berlangsung di Sentani, Kabupaten Jayapura.
Lalu dari mana asalnya tarian Lenso itu? Sejak kapan Lenso mulai dikenal oleh masyarakat Maluku hingga ke manca negara?
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno, yang waktu itu mempopulerkan tarian Lenso saat melakukan kunjungan ke beberapa negara maupun ketika menerima tamu negara di Istana Negara. Bahkan pertama kali berkunjung ke Papua di Biak, rombongan perempuan penari tarian Lenso pun ikut dalam kunjungan Presiden Soekarno pada 1963 ke Irian Barat kala itu.
Penyebaran tarian Lenso di Bumi Raja-Raja Maluku, mengutip gramedia.com menyebutkan penyebaran tari Lenso di Maluku banyak ditemukan di wilayah yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen, seperti di Pulau Ambon, Seram, dan Kepuauan Lease.
Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman juga berkembang di wilayah lainnya yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Awalnya tarian Lenso ini memiliki pasangan penari laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang banyak. Kemudian tarian Lenso saat ini lebih utama perempuan dengan jumlah berkisar antara empat sampai 10 orang, bahkan bisa ditarikan secara massal.
Tari Lenso sebenarnya merupakan tarian rakyat yang menjadi hiburan rakyat. Namun dalam perkembangannya tari Lenso tampil pula dalam penjemputan tamu-tamu kehormatan maupun acara adat penting lainnya.
Tari Lenso memiliki tiga gerakan dasar, walau demikian bisa dilakukan modifikasi sesuai dengan keinginan yaitu gerakan maju, gerakan jumput, dan juga gerakan mundur. Salah satu keunikan dari tarian ini adalah penggunaan sapu tangan di jari penari. Komponen ini tampak lebih dominan di jari penari, hingga tak heran kalau disebut tari Lenso.
Menelisik sejarah di Bumi Raja Raja Maluku, sebenarnya tak lepas pula dari pengaruh bangsa Portugis. Maklum saat itu pelaut Portugis tiba di Maluku hanya untuk menguasai rempah-rempah dari sana yaitu cengkeh dan pala. Sejak itu pula bangsa Portugis memperkenalkan tari Lenso berabad-abad lalu.
Selanjutnya Belanda kembali mempopulerkannya pada 31 Agustus 1612 bertepatan dengan perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina oleh Belanda di Ambon. Dulunya hanya masyarakat di Kampung Kilang yang bisa membawakan tarian ini. Sejak itu pula tarian Lenso ditampilkan secara terbuka di depan masyarakat umum dalam pesta yang dibuat Belanda.
Penulis Piter A. Syaranamual, S.Sos – Pamong Budaya Ahli Pertama menyebutkan bahwa Tari Lenso muncul sejak bangsa Portugis datang ke Maluku pada 1513.
Kata Lenso berasal dari bahasa Portugis yang artinya sapu tangan. Sapu tangan yang biasa digunakan warna putih atau merah.
“Lenso bermakna ungkapan selamat datang dan rasa gembira dari masyarakat karena kedatangan tamu. Ini bisa terlihat dari ekspresi dan gerakan tarinya yang lemah lembut,” kata Syaranumual. (*)