Sentani, Jubi – Sejumlah petani kakao di beberapa kampung di Kabupaten Jayapura, Papua, mempertanyakan sejauh mana realisasi dari program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura khususnya dinas terkait, terhadap pengembangan dan pembinaan serta peningkatan ekonomi petani kakao.
Yulianus Sem sebagai Koordinator Kelompok Tani Tabiap (Jalan Bagus) di Kampung Yakasip, Distrik Namblong, mengatakan sudah tiga tahun ini kelompok tani tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah.
Menurutnya, sebanyak 3.200 bibit kakao yang dipersiapkan sejak 2019 lalu oleh kelompok tani, seperti tidak terurus karena menunggu kelanjutan program rehabilitasi lahan, replanting, dan identifikasi bibit kakao.
“Sebagian dari bibit yang sudah kami lakukan sambung pucuk diambil oleh Barikade Papua, untuk ditanam pada lahan yang sudah siap, sementara lahan kami baru seluas sembilan hektare yang ditanami oleh masing-masing anggota kelompok, sebagian besar bibit yang lain masih menunggu di tempat [rumah] persemaian,” ujar Yulianus yang ditemui di tempat persemaian bibit kakao Kelompok Tani Tabiap, Kampung Yakasip, Senin (4/4/2022).
Dikatakan, pekerjaan sambung pucuk dilakukan sejak 2019 lalu, sambil menunggu kehadiran program pemerintah agar semua proses yang dilakukan terhadap ribuan bibit kakao klonal, dapat berjalan sesuai perencanaan.
“Usaha dan upaya yang sangat keras dari kami sebagai kelompok tani. [Tetapi] sepertinya pemerintah tidak serius terhadap apa yang sedang kami lakukan, dan yang menjadi harapan serta cita-cita kami sebagai petani kakao,” jelasnya.
Hal senada dikatakan oleh Yonathan, salah satu petani kakao di Kampung Klaisiu, Distrik Gresi Selatan, bahwa selama ini program pemerintah yang dikhususkan untuk pengembangan kakao tidak berjalan.
“Ada anggaran sebesar 2 miliar yang dikucurkan pemerintah provinsi ke Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura, informasi langsung dari provinsi, kepada kami. Sekarang, malah dana kampung yang dipaksakan untuk membiayai kerja pertani kakao,” katanya.
Yonathan menjelaskan, selama ini program pemerintah daerah tentang ketersediaan lahan kakao sebesar 14.000 hektare, dan puluhan ribu bibit yang akan ditanam.
Ia mempertanyakan, di mana tempat dan bentuk fisik bibit yang disebutkan hingga puluhan ribu tersebut. Kemudian, siapa kelompok tani yang mengerjakan dan berada di kampung mana saja di wilayah pembangunan III ini.
“Kami belum tahu kepala dinas ini orangnya seperti apa, tetapi paling tidak, datang dan melihat kerja-kerja kami sebagai petani kakao,” ucapnya. (*)
Discussion about this post