Sentani, Jubi – Balai Bahasa Papua sedang melaksanakan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) di sejumlah kabupaten di Papua, termasuk di Kabupaten Jayapura.
Pelaksanaan kegiatan tersebut melalui pelatihan guru utama revitalisasi bahasa Sentani, yang diikuti oleh perwakilan guru dari setiap SD dan SMP.
Kepala Balai Bahasa Papua, Firman Susilo mengatakan pelaksanaan RBD bertujuan agar dapat melestarikan, menjaga, dan mencegah punahnya bahasa daerah khususnya di Papua.
“Bahasa Sentani di Kabupaten Jayapura, bahasa Tolaki di Kota Jayapura, bahasa Gegop di Sarmi, bahasa Kamoro di Mimika, bahasa Marind di Merauke, dan bahasa Biak di Biak,” ujar Firman saat ditemui di Sentani, Jumat (12/8/2022).
Dikatakan, kegiatan yang sama juga dilakukan secara nasional pada 11 provinsi di Indonesia, dan merupakan episode ke-17 yang bertajuk Merdeka Belajar. Bahasa daerah jika tidak diintervensi seperti saat ini, dikhawatirkan dalam beberapa masa ke depan berada dalam ambang kepunahan. Sudah ada 11 bahasa daerah yang punah, maka harus dijaga jangan sampai bertambah lagi khususnya di Papua.
“Ada 428 bahasa daerah, jika tidak ada RBD seperti saat ini yang sedang dilaksanakan, maka lambat laun bahasa daerah kita akan punah. Oleh sebab itu sangat penting menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan dan dijadikan satu mata pelajaran khusus,” jelasnya.
Secara terpisah, Direktur Sekolah Adat Papua, Orgenes Monim mengapresiasi kegiatan RDB yang dilakukan oleh Balai Bahasa Papua. Monim mengaku, semua peserta pelatihan RDB yang adalah guru dari sejumlah sekolah di Kabupaten Jayapura ini, merupakan master atau tunas baru sebagai guru yang akan mengajar bahasa Sentani.
“Terlihat seperti biasa dan kita semua terbawa dengan kesibukan masing-masing, lalu setiap hari berubah waktu dan kita sama-sama menyadari bahwa bahasa daerah sudah dilupakan dan telah punah. Penting untuk dilestarikan sepanjang hidup kita di bumi ini, bahwa bahasa daerah menunjukkan dari mana kita berasal,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura, Ted Mokay mengatakan, ada banyak perubahan yang terjadi setiap saat dalam kehidupan bersosialisasi. Tanpa sadar, setiap orang sudah menerima hal baru yang bukan budayanya, lalu digunakan setiap hari, termasuk bahasa daerah yang sudah tidak menjadi bahasa komunikasi, ketika berjumpa dengan orang yang sedaerah.
Mokay menyebutkan, ada 54 sekolah di Kabupaten Jayapura yang diterapkan bahasa Sentani pada pelajaran muatan lokal. Maka diharapkan, guru-guru yang telah mengikuti pelatihan RDB ini mampu menerjemahkan di masing-masing sekolah.
“Ada hal-hal yang baru kita terima, tetapi dari hal baru tersebut dapat membuat kita rusuh dan ribut dengan sesama kita, oleh sebab itu pertahankan bahasa daerah sehingga kita bisa saling memahami satu dengan lainnya, tanpa harus rusuh dan ribut,” ujarnya. (*)
Discussion about this post