Jayapura, Jubi – Persaingan dalam bisnis air minum isi ulang ternyata cukup ketat di Kota Jayapura. Pendapatan sejumlah depot air minum isu ulang terus menurun karena maraknya usaha serupa dalam beberapa tahun terakhir.
Riman, 32 tahun, pemilik Depot Rafa Jaya mengaku pendapatannya mulai menurun sejak setahun terakhir. Jumlah pemesanannya bahkan menyusut hingga hampir separuh jika dibandingkan dengan setahun lalu.
“Setahun sebelumnya, pengantaran air [sebanyak] 70–90 galon sehari. Sekarang, hanya 40–50 galon sehari,” kata Riman kepada Jubi, Kamis (4/1/2024).
Riman menekuni bisnis air minum isi ulang sejak lima tahun lalu. Depot usahanya berlokasi di Jalan Agats Nomor 30 atau sekitar 120 meter dari Pos Polisi Lumba-lumba Dok V Atas.
Depot milik Riman menjual dua jenis air minum isi ulang, yakni air mineral biasa, dan air mineral dengan kandungan oksigen tinggi (oxy). Air mineral biasa dijual seharga Rp5.000 segalon, dan air oxy seharga Rp10 ribu segalon.
Selain melayani pembelian langsung di depot air minum isi ulangnya, Riman menyediakan layanan pesan-antar. Dia mematok biaya tambahan sebesar Rp3.000 untuk setiap pengantaran satu galon air.
“Dalam sehari, paling hanya 1–2 orang saja yang datang untuk mengisi [membeli] air [di depot]. Saya kebanyakan mengantar [ke konsumen] karena posisi [lokasi depot] saya di dalam [jauh dari jalan raya],” kata Riman.
Penurunan omzet juga dialami Hasruddin, pemilik Depot Rizky di Jalan Gelanggang Remaja Expo, Waena. Dia hanya menjual air mineral biasa, yakni seharga Rp6.000 segalon untuk pembelian langsung di depot, dan Rp7.000 segalon untuk pesan-antar.
“Dahulu, tandon [berisi air baku] paling lama tiga hari sudah [harus] diisi ulang. Sekarang, 5–6 hari baru diisi ulang,” ujar Hasruddin, 50 tahun.
Meskipun omzet mereka menurun, Riman maupun Hasruddin tetap mempertahankan kualitas produk. Mereka juga selalu membersihkan galon dan peralatan isi ulang air supaya tetap higienis.
“Pendapatannya tidak bisa dipastikan, bergantung dari [jumlah] pelanggan, bisa banyak, bisa sedikit. Meningkat, ataupun tidak meningkat [pendapatannya], tetap disyukuri,” kata Hasruddin. (*)