Wamena, Jubi – Membutuhkan proses panjang untuk memulai bisnis sendiri di dunia usaha kopi. Ini kisah inspiratif Lemius Kogoya, anak asli Papua dari Kampung Onggobaga, Distrik Bpiri, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.
Pria kelahiran 1988 ini baru saja me-launching Gallery of Papua Black Gold Coffee atau Kopi Emas Hitam Papua, di Kampung Musaima, Distrik Hubikosi, Kabupaten Jayawijaya. Kafe ini adalah buah dari perjalanan panjang Lemius Kogoya dalam merintis bisnis kopi.
Saat ditemui Jubi di kafe miliknya pada Sabtu (23/9/2023) siang, Lemius Kogoya menceritakan awal mula menekuni bisnis kopi di tanah kelahiranya, hampir 3 tahun silam.
Tahun 2020, saat ia kembali ke kampung halamannya di Onggobaga, ia melihat para orang tua di kampungnya sedang menebang pohon kopi secara liar dan kopi tumbuh subur di hutan tanpa ada perawatan.
“Saat itu saya mulai berfikir bagaimana caranya kopi ini bisa dikembangkan menjadi komoditas yang memiliki nilai tinggi,” tuturnya mengawali perbincangan.
Dalam pemikiran Lemius Kogoya, kopi bisa menjadi alat pemersatu bangsa, kelompok, etnis, dan gereja bahkan menjadi inspirasi bagi dunia. Karena alasan itulah dirinya memutuskan terjun menekuni usaha kopi.
“Awal 2021 saya mulai punya niat terjun ke dunia usaha kopi. Saat itu saya masih berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris di salah satu SMP Negeri di Wamena. Sejak itu juga saya mulai jatuh cinta dengan kopi. Bermodalkan uang Rp1 juta, saya pulang kampung dan memulai usaha kopi,” katanya.
Kogoya mulai membeli kopi dari orang tua dan masyarakat di sana. Kopi yang hanya beberapa kilogram itu kemudian dibawa ke Wamena.
“Saya mulai belajar secara ototidak melalui internet, YouTube, dan beberapa artikel tentang cara mengolah biji kopi dan meracik kopi. Saya sempat tanya ke orang pemilik kafe,” ujar Kogoya.
Seiring berjalannya waktu, Lemius Kogoya mulai memahami bermacam jenis kopi. Menurutnya, kopi Arabika Papua merupakan salah satu komoditas unggulan dan harga jual tinggi karena memiliki cita rasa dan aroma yang sangat khas.
Selain itu, kata Kogoya, kopi Papua juga memiliki potensi dan peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua, khususnya masyarakat di sekitar Lembah Baliem.
“Sebab itulah saya mulai belajar dan bekerja keras dalam usaha kopi ini. Puji Tuhan, saat ini sudah bisa buka usaha kafe sendiri,” katanya.
Usaha kopinya saat ini mulai dikenal banyak orang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat, pemuda, dan mahasiswa. Para pejabat dari Jakarta dan wisatawan manca negara saat berkunjung ke Wamena, bisa dipastikan datang minum kopi di kafe miliknya.
Lemius Kogoya menceritakan tahun 2021 ia pernah mengirim 60 bungkus kopi ke Cheko. Kopi itu masih dia proses secara manual dan belum berlabel.
“Sejak itu saya menjadi lebih semangat lagi untuk menekuni usaha kopi. Walaupun saat ini belum ada lebel tapi sudah banyak orang pesan,” katanya.
Saat ini Kogoya tidak hanya mengambil kopi dari kampungnya di Distrik Bpiri, tapi sudah mendatangkan dari berbagai daerah, khususnya di 8 kabupaten pemekaran di wilayah Provinsi Papua Pegunungan.
“Yang menjadi tolok ukur adalah 40 distrik di Jayawijaya, yakni kopi dari Distrik Bpiri, Mbuggi, Wollo, Tanggime, Koragi, dan Yalengga. Sementara dari kabupaten lain yakni dari Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo,” jelasnya.
Semua kopi dari berbagai daerah dikumpulkan di Wamena, walaupun keadaan dan tempat penyimpanannya masih seadanya.
“Tapi kami tetap punya semangat dan tekad untuk terus ada di dunia kopi. Menurut saya, kopi itu penting untuk memberikan ekonomi hijau di kawasan pegunungan Papua,” ujar Kogoya
Lemius Kogoya menceritakan jika dirinya mempunyai mimpi bagaimana kopi Arabika dari wilayah pegunungan tengah Papua bisa menjadi komoditas unggulan Provinsi Papua Pegunungan. Kopi produk lokal provinsi baru ini bisa dikirim keluar pulau Papua bahkan ke mancanegara.
Gallery of Papua Black Gold Coffee milik Lemius Kogoya dibangun di atas lokasi berukuran 7X4 meter. Ke depan, ia berencana menambah dengan ukuran 8×6 meter di lokasi yang sama.
“Menu minuman yang kami sediakan di sini ada 13 macam, di antaranya kopi latte, americano, cappucino, espresso, dan kopi single. Sementara menu makanan atau snack antara lain ubi bakar, jagung rebus, daging wam, dan ayam potong. Semua menu di sini serba khas lokal Wamena,” katanya.
“Untuk harga, minuman berkisar di harga Rp10-20 ribu. Makanan juga sama di kisaran Rp10-20 ribu. Jadi kalo para konsumen pesan satu paket berarti mereka hanya bayar sekitar Rp50 ribu,” sambungnya.
Selain itu kafe milik Kogoya juga menyediakan ruang literasi dengan berbagai jenis buku dan lebih banyak buku dalam bahasa Inggris.
Lemius Kogoya juga mengaku jika usahanya saat ini masih dalam proses perizinan. Tapi pengunjung di kafenya sudah sangat luar biasa karena datang dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat dan mahasiswa, politikus, pejabat, hingga turis mancanegara.
“Mereka semua datang ke sini untuk menikmati kopi,” katanya.
“Jika usaha saya ini bisa berjalan lancar, rencana ke depannya saya ingin bangun gudang yang berukaran lebih luas sebagai tempat menyimpan kopi dari semua kabupaten, distrik, dan kampung yang ada di Jayawijaya maupun wilayah Papua Pegunungan pada umumnya,” ujar Kogoya.
Ke depan, laki-laki 35 tahun itu juga memiliki rencana membuka cabang di Jayapura, tepatnya di kawasan Angkasa Indah.
“Lokasi sudah ada, jadi tinggal bangun rumah,” pungkas Lemius Kogoya. (*)