Tusla, Jubi– Motif penembakan massal di sebuah rumah sakit di Oklahoma, Amerika Serikat terkait sikap pelaku menyalahkan sang dokter atas nyeri punggung yang dideritanya setelah menjalani operasi. Pihak berwenang menemukan sepucuk surat dari pelaku yang menjelaskan bahwa serangan itu direncanakan.
“Pelaku penembakan sebelumnya mengincar seorang dokter bedah,” kata pihak berwenang, Kamis (2/6/2022), dikutip Antara dari Reuters.
Insiden penembakan pada Rabu (1/6/2022) itu menewaskan lima orang, termasuk pelaku dan sang dokter bedah. Tersangka masuk ke gedung rumah sakit St. Francis Health System di Tulsa dengan membawa senjata semiotomatis dan mulai menembak orang yang dia temui.
“Dua dokter, seorang resepsionis, dan seorang pasien tewas dalam penembakan itu,” kata Kepala Kepolisian Tulsa, Wendell Franklin.
Korban Dr Preston Phillips, 59 tahun, ahli bedah ortopedi yang merawat pelaku, selain itu Dr Stephanie Husen, ahli pengobatan olahraga berusia 48 tahun.
Dalam konferensi pers itu, polisi mengidentifikasi pelaku penembakan sebagai Michael Lewis atau Louis. Juru bicara kepolisian tidak bisa dihubungi untuk memastikan ejaan nama belakangnya. “Tersangka datang dengan maksud untuk membunuh Dr Phillips dan siapa pun yang menghalanginya,” kata Franklin menjelaskan.
Otoritas menyebut dua nama korban yang lain: Amanda Glenn, resepsionis, dan William Love, pasien. Resepsionis itu semula diidentifikasi sebagai Amanda Green, tetapi polisi kemudian mengoreksi nama belakangnya. “Mereka berdiri di lorong dan (tersangka) menembak mereka,” kata Franklin menjelaskan.
Sang pelaku, yang menurut polisi tinggal di Muskogee, Oklahoma, sekitar 80 km dari Tulsa, keluar dari rumah sakit pada 24 Mei setelah operasi punggung, kata Franklin. Setelah itu, kata dia, pelaku menelepon beberapa kali untuk menyampaikan keluhan akibat nyeri. Penembakan itu terjadi menyusul dua pembunuhan massal lain yang mengejutkan warga AS.
Ketiga insiden tersebut telah memicu debat panjang soal pengendalian senjata dan peran kesehatan mental dalam kekerasan bersenjata yang menghantui negara itu. “Cukup, sudah cukup. Ini harus dihentikan. Rumah sakit adalah pilar masyarakat kita,” kata Chip Kahn, kepala pelaksana Federasi Rumah Sakit Amerika, dalam pernyataan.(*)