Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi — Duta Besar Cina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Zhang Jun, mendesak solusi diplomasi untuk meredam ketegangan usai Rusia mengakui kemerdekaan wilayah Ukraina yang dikuasai separatis, Donetsk dan Luhansk.
“Seluruh pihak yang terlibat harus menahan diri dan menghindari melakukan aksi yang dapat memperparah ketegangan. Kami menyambut dan mendukung seluruh upaya untuk solusi diplomatik,” ujar Zhang.
Baca juga : PM Boris Johnson Inggris keluarkan sanksi jika Rusia menyerang Ukraina
Konflik Rusia Ukraina, pasukan AS sudah tiba di Polandia
Erdogan berencana kunjungi Ukraina bantu redakan ketegangan dengan Rusia
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menilai penempatan pasukan Rusia di wilayah separatis Ukraina sebagai “omong kosong.” Thomas juga mengatakan, pengakuan kemerdekaan terhadap wilayah separatis di Ukraina ini merupakan langkah Moskow untuk memulai perang.
Thomas-Greenfield menegaskan, konsekuensi dari tindakan Rusia ini “akan mengerikan, di seluruh Ukraina, di seluruh Eropa, dan di seluruh dunia.”
“Presiden Rusia (Vladimir) Putin telah merusak Kesepakatan Minsk. Kami sudah jelas mengatakan kami tidak percaya ia (Putin) akan berhenti di sana,” ucap Thomas Greenfield.
Namun, Dubes Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menyampaikan pihaknya masih terbuka untuk solusi diplomatik untuk mengatasi masalah ini. “Kami masih membuka jalan diplomasi untuk solusi diplomasi, tetapi, mengizinkan ‘pertumpahan darah’ di Donbas adalah sesuatu yang tidak ingin kami lakukan,” kata Nebenzia dalam pertemuan PBB.
Desakan-desakan ini muncul setelah Putin mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka dengan nama Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk. Selain mengakui kemerdekaan dua wilayah ini, Rusia mengklaim berhak untuk membangun pangkalan militer di dua area tersebut. Mereka lantas mengerahkan pasukan ke wilayah tersebut. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol
Discussion about this post