Jayapura- Sejak berdiri 2022 di Timika, Papua Football Academy atau PFA telah menjadi oase dalam dunia sepak bola Papua dan Indonesia, dengan adanya harapan lahirnya bakat-bakat muda yang menjanjikan.
Kehadiran PFA di tanah Papua tidak hanya memberikan manfaat bagi para siswa terpilih, juga memiliki dampak positif bagi komunitas dan perkembangan sepak bola di Papua.
Bermarkas di Mimika Sport Complex, Direktur PT. Freeport Indonesia, Claus Wa magma menyebut PFA mengupayakan adanya peningkatan keterampilan putra Papua yang memiliki potensi di bidang sepak bila, serta memperluas peluang karir baik di level nasional maupun internasional juga pemberdayaan masyarakat dan promosi potensi Papua ke area yang lebih besar.
Ia berkata PFA yang baru mempunyai dua angkatan siswa dengan kelompok umur U-14 [angkatan pertama] dan U-13 [angkatan kedua] mendapatkan dukungan sekolah akademik dan non akademik, sebagai penunjang pendidikan formal dan karakter.
“Untuk pendidikan akademik, siswa PFA diwajibkan belajar di sekolah formal dari Senin hingga Jumat berbasis home schooling, dengan total jam belajar selama 20 jam seminggu, dengan penerapan kurikulum merdeka belajar yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika,” kata Claus Wamafwa , Minggu (11/2/2024).
Ia menyatakan jika ada satu bagian yang terlupakan dalam tiga dekade terakhir di Papua, yakni pembangunan mental dan budaya. Salah satunya melalui olahraga dan PFA hadir untuk melaksanakan tugas tersebut.
Salah satu ikon sepak bola Papua, Ortizan Solossa melihat PFA sebagai harapan baru bagi generasi muda Papua.
“Kehadiran PFA ikut menyelamatkan generasi masa depan Papua, khususnya di cabang olahraga sepak bola,” ujar mantan pemain Persipura itu.
Apalagi kata Solossa, nama-nama pelatih yang ada di PFA tidak diragukan dimana ada nama seperti Wolfgang Pikal yang pernah menangani tim nasional, Ardiles hingga Rully Nere yang punya nama besar sebagai pesepakbola asal Papua.
“Bukan hanya berfokus di pengembangan skill dan teknik dalam bermain bola, pendidikan karakter yang dibina para pelatih kepada siswa pun terasa oleh para orang tua siswa,” kata Ortizan.
Yance Susim orang tua dari siswa PFA angkatan pertama yaitu Samuel Cundrad Susim mengaku berlatih keras di PFA dan diajarkan disiplin di dalam dan luar lapangan, menjadi bekal yang luar biasa untuk perkembangan anak-anak.
“Selama setahun anak saya sekolah di PFA, perubahan sifatnya sangat drastis dan tentunya ke arah positif,” kata Yance Susim. (Adv)