Jayapura, Jubi – Status Indonesia sebagai tuan rumah ajang Piala Dunia U-20 masih diselimuti tanda tanya, pasca keputusan mengejutkan federasi sepak bola dunia (FIFA) membatalkan pengundian grup atau drawing yang sedianya akan digelar di Bali, 31 Maret mendatang.
Berbagai kabar spekulasi mencuat. Di antaranya rumor penunjukan Peru sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 menggantikan Indonesia.
Kabar tersebut muncul dari mantan jurnalis kenamaan di Indonesia, Yesayas Oktavianus. Yesayas pernah menjabat sebagai komite normalisasi PSSI pada tahun 2011.
Ia juga sempat mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI periode 2019-2023, namun kalah suara dari Mochamad Iriawan.
Usai pembatalan drawing Piala Dunia U-20 oleh FIFA, Yesayas membuat kabar heboh. Ia mengatakan bahwa FIFA telah menunjuk Peru sebagai tuan rumah menggantikan Indonesia.
“Sebetulnya, pemerintah sudah mendapatkan surat pembatalan itu dari FIFA, tetapi mereka belum mau muncul memberikan pernyataan itu kepada publik. Mungkin pemerintah sedang melakukan lobi-lobi tingkat tinggi dibalik ini semua,” kata Yesayas dalam sebuah perbincangan siniar di Good Radio Jakarta.
Pun begitu, belum ada kabar resmi dari pihak pemerintah Peru maupun federasi sepak bola mereka (FPF). FIFA pun belum mau terbuka tentang alasan apa yang mendasari mereka membatalkan drawing Piala Dunia U-20.
Sementara itu, untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dikabarkan akan bertolak ke Zurich, Swiss untuk menemui petinggi FIFA.
“Kami dari PSSI sedang memikirkan penyelamatan sepakbola Indonesia. Karena sanksi FIFA bisa mengucilkan sepakbola Indonesia dari dunia,” ujar Arya Sinulingga, satu di antara anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI.
Lolosnya Israel sebagai salah satu kontestan Piala Dunia U-20 menuai protes dan kecaman dari sejumlah pihak. Buntutnya, Gubernur Bali Wayan Koster juga ikut menolak kehadiran Tim Nasional Israel dalam perhelatan Piala Dunia FIFA U-20. Bagi PSSI, ini dapat menjadi alasan bagi FIFA untuk membatalkan drawing Piala Dunia FIFA U20. Karena, bagi FIFA, penolakan Gubernur tersebut sama dengan membatalkan garansi penyelenggaraan yang telah dikeluarkan pemerintah Provinsi Bali.
Padahal sebelumnya, Gubernur Bali sudah menandatangani Government Guarantee untuk menjadi salah satu tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20 termasuk didalamnya Drawing Piala Dunia U-20.
Jika Indonesia batal menyelenggarakan Piala Dunia FIFA U-20 tahun 2023 akan berpotensi masalah besar pada persepakbolaan Indonesia. Sanksinya tidak main-main.
Dilansir dari laman resmi PSSI.org, meski membatalkan drawing, FIFA menyebut mereka tetap melakukan kunjungan stadion untuk verifikasi akhir.
Pada Senin (27/3) FIFA singgah di Bali. Provinsi satu ini awalnya dipersiapkan sebagai lokasi drawing Piala Dunia U-20 2023. Agenda tersebut digelar di Gedung Ksirarnawa Taman Werdhi Budaya Art Center pada 31 Maret, namun dibatalkan FIFA. Meski penyelenggaraan pengundian ditunda, proses verifikasi stadion tetap dilakukan secara mendetail.
Tercatat ada 18 perwakilan FIFA yang hadir dalam inspeksi. Jika ditotal ada lebih dari 40 orang yang datang termasuk dari PSSI dan INAFOC. Wakil Ketua Umum II PSSI, Ratu Tisha mendampingi perwakilan FIFA seperti Project Team Venue Management FIFA Christian Schmolzer, Venue Manager FIFA Sunny Kohli, Technical Services FIFA Ross Maclean, Safety and Security FIFA Anke Becker.
Piala Dunia U-20 di Indonesia sendiri dijadwalkan akan berlangsung pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023. Artinya, hanya menyisakan waktu sebulan lebih. (*)