Manokwari, Jubi – Uskup Manokwari Sorong, Mgr Hilarion Datus Lega mengajak seluruh umat Katolik di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya memaknai perayaan Paskah 2024 dengan menumbuhkan rasa cinta terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Hal tersebut sesuai dengan tema Aksi Puasa Pembangunan Nasional (APP) 2024 ‘Mengembangkan Ekonomi Ekologis’ yang visi dasarnya berasal dari dokumen Paus Fransiskus.
“Sebagaimana umat manusia mencintai satu sama lain, maka mari kita semua merawat bumi dan mencintai lingkungan hidup,” kata Mgr Hilarion Datus Lega seusai memimpin perayaan Jumat Agung di Gereja Imanuel Sanggeng Manokwari, Papua Barat pada Jumat (29/3/2024).
Menurut dia, perayaan Tri Hari Suci Paskah yang dimulai sejak ibadah Kamis Putih, Jumat Agung, hingga Sabtu Suci mengamanatkan umat Katolik bergandengan tangan merawat alam.
Kekayaan sumber daya alam yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa bagi kehidupan umat manusia, perlu dipelihara dengan baik agar dapat dinikmati generasi penerus bangsa.
“Melestarikan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan supaya dunia menjadi hunian yang semakin hari semakin lebih baik,” pesan Uskup Lega.
Selain itu, kata dia, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengimbau umat Katolik turut berkontribusi menyukseskan program pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Konflik kepentingan yang terjadi selama perhelatan Pemilu 2024 harus segera diakhiri dengan saling bersinergi dan berkolaborasi, guna menggapai visi Indonesia Emas Tahun 2045.
“Setelah Pemilu 2024, kehidupan kita kembali normal. Mari bersama-sama melangkah untuk menatap masa depan bangsa dan negara,” ujar Mgr Hilarion Datus Lega.
Uskup juga mengapresiasi peran serta aparat keamanan dan semua masyarakat di Papua Barat maupun Papua Barat Daya, sehingga ibadah Kamis Putih dan Jumat Agung berjalan lancar.
Perayaan Paskah 2024 beriringan dengan bulan Ramadhan 1445 Hijriah yang memiliki pesan bagi umat untuk tetap saling menghormati satu sama lain dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
“Tahun ini sangat bagus, karena umat Katolik rayakan Paskah, umat Islam menjalani puasa untuk sama-sama merayakan kemenangan,” ujar Mgr Hilarion Datus Lega.
Tablo Jalan Salib pada Jumat Agung
Sementara itu, umat Katolik di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, menggelar tablo Jalan Salib pada Jumat Agung guna memperingati kisah sengsara Yesus Kristus hingga wafat di kayu salib.
“Penyelenggaraan tablo Jalan Salib bermaksud mengenang kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus,” kata Pastor Paroki Imanuel Sanggeng Manokwari, Pater Philipus Sedik,OSA di Manokwari pada Jumat.
Sebagai umat Katolik, kata dia, pengorbanan Yesus Kristus untuk menebus dosa dan kesalahan umat manusia harus diimani dengan memperbaiki perilaku dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Visualisasi Jalan Salib yang diperankan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Imanuel Sanggeng, merupakan rangkaian dari perayaan Tri Hari Suci Paskah dimulai pada Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci.
“Tuhan Yesus rela wafat di kayu salib demi penebusan dosa, mari kita semua umat Katolik memaknai dengan tidak lagi berbuat kesalahan,” kata Pater Philipus.
Sebelum perayaan Paskah, menurut dia, seluruh umat Katolik terlebih dahulu menjalani masa Pra-Paskah sebagai upaya memperbaharui hidup sekaligus merenungkan kisah sengsara Yesus Kristus.
Oleh sebabnya, tradisi tablo Jalan Salib yang kemudian diikuti dengan perayaan Jumat Agung harus diaplikasikan umat Katolik melalui sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
“Mari sama-sama menyadari bahwa sudah saatnya kita bertobat dan hidup lebih baik lagi sebagai orang-orang Katolik yang mencintai sesama umat manusia,” ucap Pater Philipus.
Sebagai informasi, tradisi yang mengisahkan kisah penyaliban Yesus Kristus dimulai dari halaman Gereja Katolik Imanuel Sanggeng Manokwari dan berakhir di Bukit Sahara. (*)
Discussion about this post