Jayapura, Jubi – Mahasiswa Universitas Cenderawasih dari tim Hubungan Internasional yang diketuai Dian Fitri Fadillah, Anjeni Asum dan Rachel Olua meraih juara pertama lomba debat mahasiswa se-Kota dan Kabupaten Jayapura dengan tema ‘Selamatkan Manusia, Tanah, dan Sumber Daya Alam Papua’, yang berlangsung di Aula Susteran Maranatha Waena, Kota Jayapura, Papua, Jumat, (22/11/2024).
Tim memperoleh nilai tertinggi 7.851, dan berhak membawa pulang satu trofi piala dan uang pembinaan.
Posisi kedua diraih oleh tim mahasiswa STFT Fajar Timur Jayapura yang diketuai Alexius Wetipo, Jhon Kefin Baru, dan Rifaldo Bidou Mote dengan jumlah nilai 5.770. Sementara posisi ketiga diraih oleh tim mahasiswa Universitas Sepuluh November yang diketuai oleh Efina Maria Aiboi, Avensius Abu, dan Didiktus Baptisa Kluman dengan jumlah nilai 5.351. Kedua juara masing-masing juga memperoleh trofi piala dan uang pembinaan dari panitia.
Lomba debat mahasiswa ini diselenggarakan oleh Yayasan Anak Dusun Papua atau YADUPA dan Generasi Muda Papua Hak Adat atau GEMPHA. Koordinator Program Bidang Advokasi YADUPA, Engelbert Dimara, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk membangkitkan semangat generasi muda Papua agar memahami hak-hak mereka sebagai anak-anak adat, serta hak-hak mereka sebagai anak-anak masyarakat secara umum di Tanah Papua.
“Jadi lomba debat mahasiswa ini kita lakukan dengan maksud untuk supaya membangkitkan semangat generasi muda Papua. Karena kebanyakan anak-anak muda Papua sebagai generasi penerus perlu dimotivasi melalui kegiatan-kegiatan seperti ini untuk melihat kembali bagaimana hak-hak mereka sebagai anak-anak adat, sebagai anak-anak masyarakat di atas Tanah Papua,” katanya.
Lewat kegiatan debat tersebut penyelenggara juga ingin melihat sejauh mana kesadaran mahasiswa terhadap adanya ancaman terhadap manusia, tanah dan sumber daya alam Papua. Kemudian sejauh mana kesadaram atas hak, dan apa yang mereka lakukan, lanjut Dimara.
“Kami [berharap] terbangun satu kesadaran pada generasi muda anak-anak mahasiswa ini supaya mereka mampu untuk melihat lokasi hak hidup orang Papua di atas tanah ini, mampu melihat lokasi hak-hak mereka atas sumber daya alam ke depan untuk mereka dan untuk generasinya akan datang,” ujar Engelbert Dimara.
Sejumlah kampus yang ambil bagian dalam lomba debat ini yaitu Universitas Cenderawasih, Universitas YAPIS Papua, STFT GKI Izaak Samuel Kijne, STIE Port Numbay Jayapura, Universitas Sepuluh November, STT Walter Post, STFT Fajar Timur, dan USTJ Jayapura. Masing-masing kampus mengirim satu sampai dua tim.
Dimara berharap melalui kegiatan lomba debat itu bisa mendorong kesadaran solidaritas dan membangun jaringan untuk advokasi penyelamatan manusia Papua, peduli lingkungan, hutan, tanah dan sumber daya alamnya.
”Berharap dengan kegiatan seperti ini kita bangun solidaritas menjadi satu kekuatan untuk advokasi deforestasi, kerusakan alam dan lingkungan hidup di tanah Papua,” ujar Dimara.
Apresiasi tim pemenang
Tim pemenang dari Uncen, Dian Fitri Fadillah mengungkapkan rasa terima kasihnya atas pengalaman yang mereka peroleh hingga bisa mendapatkan juara satu dalam debat mahasiswa itu. Menurutnya pengalaman itu mendorongnya berpikir lebih kritis lagi dan mengetahui lebih banyak sudut pandang dari mahasiswa kampus-kampus lain.
“Jadi kami sangat berterima kasih, kami terharu, senang atas kesempatan kami dalam debat ini dan juga kesempatan yang diberikan Dewan Juri untuk memperbaiki diri kami dalam masukan yang diberikan,” katanya.
Dian Fitri Fadillah menjelaskan bahwa ia dan timnya berlatih cara berbicara berdasarkan waktu. Kemudian banyak membaca berita terbaru, isu-isu terbaru di Papua, sesuai tema besar Selamatkan Manusia, Tanah, dan Sumber Daya Alam Papua.
“Kami banyak membaca berita-berita terbaru yang relevan dan valid sebagai referensi, dan tentu saja dari sumber terpercaya, terutama data-datanya, kemudian info yang bisa mendukung kami punya argumen,” katanya.
Anggota tim lainnya, Rachel Olua menyampaikan banyak terima kasih kepada penyelenggara, YADUPA dan GEMPHA, karena telah menggelar lomba debat untuk mahasiswa. Ia merasa bangga pada timnya.
“Ini pengalaman saya yang sangat luar biasa, mungkin paparan-paparan argumen dan juga closing statement kami bisa jadi salah satu landasan bagi masyarakat begitu,” ujarnya.
Isu yang penting untuk generasi muda
Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa, dan Seni Fakultas FKIP Uncen, Ina A Velomena Lefaan Samosir, selaku juri debat lomba mahasiswa melihat acara tersebut sebagai wujud kepedulian terhadap generasi dengan memberikan kesadaran betapa penting generasi muda atau mahasiswa memahami isu lingkungan alam dan kondisi manusia Papua saat ini.
“Dalam debat itu mereka mampu memberikan nuansa berpikir, mindset mereka tentang bagaimana menyelamatkan Orang Asli Papua dengan bahasa dan sastranya, sumber daya alam dan manusianya juga kebudayaannya,” kata Velomena Samosir.
Sebagai juri lomba debat ia melihat tema yang dipilih telah menunjukkan bahwa memang di Tanah Papua banyak persoalan yang belum diselesaikan.
“Saya pikir kemampuan mahasiswa tidak kalah juga dengan orang-orang yang ada saat ini. Selain sebagai pembelajaran di kampus tetapi mereka melihat secara universal bahwa pembelajaran untuk menyelamatkan manusia tanah dan sumber daya alam,” kata dia.
Menurut Velomena Samosir, dari ketiga peserta lomba debat, tim Uncen terpilih menjadi juara karena kemampuan mereka dalam berdebat, mampu meramu konsep dengan luar biasa karena banyak membaca.
“Literasi itu penting ternyata dilihat mereka punya kemampuan untuk berdebat nilainya tadi 7000 lebih untuk juara satu. Nah itu menunjukkan kesinambungan dan korelasi berpikir yang luar biasa dari mahasiswa,” katanya.
Sementara juara kedua yaitu dari STFT Fajar Timur ini teologi, menurut Velomena Samosir juga tidak kalah dari segi kemampuan pengulasan materi. Namun ia memberi catatan khusus soal kepercayaan diri tim yang mesti ditingkatkan.
Juara ketiga dari tim Universitas Sepuluh November juga menurutnya muncul secara luar biasa.
“Mereka [semua] mendapat hadiah juara karena kompetensi mereka, kita tidak perlu ragu bahwa anak-anak di Tanah Papua, generasi Tanah Papua adalah orang Papua yang hebat-hebat,” ujarnya.(*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!