Jayapura, Jubi – Uskup Keuskupan Jayapura, Mgr Yanuarius Teofilus Matopai You Pr mengajak seluruh umat mendukung pendirian Universitas Katolik di Papua. Kehadiran Universitas Katolik di Papua dinilai sangat penting untuk pengembangan sumber daya manusia di Tanah Papua.
Matopai mengatakan, walau sudah menjadi wacana namun keberadaan Universitas Katolik di Papua belum menjadi nyata atau belum sampai pada tahap aktualisasi. Menurutnya, perlu dukungan umat sehingga para uskup memiliki panggilan moral untuk memfasilitasi hadirnya Universitas Katolik di Papua ini.
“Semua Uskup dan pimpinan ordo memberi respon yang baik [atas kehadiran Universitas Katolik di Papua],” kata Matopai dalam diskusi “Harapan, Tantangan dan Gerakan Bersama membangun UNIKA di Papua, pada Sabtu (22/7/2203).
Katanya, kehadiran Universitas Katolik di Papua merupakan kerinduan bersama untuk segera hadir yang juga sudah tercantum dalam buku kuning. Universitas Katolik akan bernaung dibawah Yayasan Sekolah Tinggi Teologi Katolik Papua atau STTK.
“Kita tetap memulai sambil mengikuti persiapan tim. Kalau persiapan sudah matang kita bisa mulai [penerimaan mahasiswa dan perkuliahan] tahun ini atau bisa tahun depan. Kalau kita mulai kita mulai. Jangan maju – mundur,” ujarnya.
Ketua Tim Pendirian Universitas Katolik di Papua, Dr Petrus Bahtiar ST MT menyatakan rencananya launching pendirian Universitas Katolik dilakukan pada Agustus 2023. Ia menyatakan tim saat ini telah menyiapkan, merampungkan dan mengumpulkan dokumen administratif ke LLDikti XIV Wilayah Papua dan Papua Barat di Biak dan saat ini sedang menunggu disposisi kepala LLDikti.
Petrus menyatakan Kepala LLDIKTI XIV di Biak menyambut luar biasa rencana pendirian universitas Katolik di Papua ini dan berharap bahwa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah tinggi lainnya.
“Diagendakan setelah dokumen telah diterima akan ada site visit dan akan ada zoom meeting dengan staf menteri pendidikan,” kata Petrus, pada Sabtu.
Universitas Katolik ini nanti akan memiliki Fakultas Teknik dengan Program Studi Teknik Sipil, Program Studi Teknik Arsitek, dan Fakultas Ekonomi terdiri dari Program Studi Akuntansi serta satu Program Studi Farmasi di Fakultas Farmasi. Fakultas-fakultas ini dipilih karena mempertimbangkan minat yang cukup banyak.
“[Ini sebagai awal] untuk meletakan dasar dan akan dikembangkan [atau di buka fakultas dan prodi-prodi lain kedepannya],” katanya.
Pertemuan bersama lima uskup dan pimpinan Ordo Santo Agustinus atau OSA dan Ordo Fratrum Minorum atau OFM, sudah memberikan respon positif terkait dengan keberadaan Universitas Katolik ini. Namun menjadi penekanan bahwa tidak boleh membebani keuskupan lain akan kehadiran fakultas ini.
“Fakultas yang didirikan akan terpisah secara locus dari STFT Fajar Timur,” ujarnya.
Dosen STFT Fajar Timur, Abdon Bisei mengapresiasi kerja tim atas rencana pendirian Universitas Katolik di Papua. Menurutnya perlu ada gerakan bersama antara umat dan hirarki dalam pendirian Universitas Katolik ini.
“Spirit sinodal harus berasal dari keputusan bersama [dan] prosedur -gereja sinodal harus gerak bersama umat dan hirarki,” ujarnya.
Bisei berharap keberadaan Universitas Katolik ini harus membawa sentuhan kemanusiaan dan keberpihakan bagi manusia Papua. Ia menyarankan agar dalam perkembangan kedepannya dibuka juga program studi keguruan dan program studi lainnya.
Advokat Pieter Ell mengatakan perlu ada kontribusi bersama untuk mendukung kemandirian Universitas Katolik ini. Ia menyarankan agar dalam pengelolaan Universitas Katolik ini adalah ‘semi profit’ dengan memberikan saham ke umat.