Jayapura, Jubi- Masalah seputar tim berjuluk Mutiara Hitam selalu berkutat pada manajemen dan bukan pemain. Begitu sponsor selesai dan kompetisi habis, otomatis klub Persipura pun ikut bubar. Padahal klub itu harus selalu ada saat kompetisi maupun tidak ada pertandingan.
“Pemain boleh pergi keluar dan selalu saja ada pemain bagus serta menjadi bintang. Jadi bagi saya masalah manajemen selalu saja berubah dan terjadi sejak dulu sampai akhirnya turun ke Liga 2,” kata Richard Ferre mantan bek kiri Persipura era 1982-1984 saat dijumpai Jubi di Abepura, Selasa pagi (12/7/2022).
Persipura sampai mengalami degradasi juga diakibatkan tak becusnya manajemen. Sehingga pembenahan perlu dilakukan sebaik mungkin, apalagi sudah berbentuk PT Persipura Papua. “Jadi bagi saya materi pemain Persipura semua sudah bagus dan kita tahu Papua ini gudang pemain sehingga tak pernah kekurangan pemain,”katanya seraya membuat perumpamaan “patah satu tumbuh seribu”.
Mantan Direktur Bank Tabungan Negara Cabang Waena itu berharap, ada perubahan yang baik pada manajemen sehingga ke depan Persipura bisa dikelola secara professional. “ Jadi selama ini kita melihat selama PT Freeport dan Bank Papua tidak memberi sponsor tentu Persipura juga bubar. Persipura, menurutnya bukan milik sekelompok orang dan perlu transparansi sehingga bisa berkembang.
Dia menambahkan rakyat Papua ini sangat perlu edukasi, siapa orang-orang di balik manajemen Persipura dan coba disebutkan kepada publik. “Karena kita masyarakat Papua ini orangnya dibilang orang bodoh tetapi kita ini selalu jujur. Jadi barangkali stop sudah orang tipu tipu kita, termasuk Persipura ini sekarang itu milik siapa dan beritahu sudah siapa saja pemilik saham PT Persipura Papua,”katanya.
Richard Ferre yang juga sepupu Todd Ferre itu menambahkan kalau pemain Papua yang mau berlaga ke luar Papua maupun luar negeri harus mendapat dukungan. “Toh sepak bola sekarang sudah menjadi profesi dan pekerjaan pesepak bola untuk menghidupi keluarga mereka,”katanya.(*)
Discussion about this post