Jayapura, Jubi – Rasa peduli terhadap kondisi pendidikan di wilayah pedalaman Kabupaten Waropen, Papua, menginspirasi anak-anak muda Papua yang tergabung pada dua komunitas lokal di Jayapura dan Waropen, untuk berkolaborasi menggalang donasi.
Penggalangan donasi itu berupa barang-barang kebutuhan seperti alat tulis, buku-buku, seragam sekolah layak pakai, serta baju rumah layak pakai, untuk diserahkan kepada para murid di SD Negeri Aniboi di Kampung Aiwa, Distrik Demba, Kabupaten Waropen, Papua.
Koordinator umum kegiatan penggalangan donasi, Andy Nussy menuturkan kedua komunitas yang terlibat penggalangan donasi yakni Komunitas Film Dokumenter Andy Nussy Project yang beranggotakan lima orang dan berbasis di Kota Jayapura, dan Komunitas Anak Muda Pengusaha Kepiting Bakau Aifa Community yang berbasis di Kabupaten Waropen. Penggalangan donasi diadakan di tiga lokasi yaitu di Kota Jayapura, Kabupaten Waropen, dan Kabupaten Kepulauan Yapen.
“Penggalangan donasi kami buka [sejak] tanggal 11 Januari 2025 dan akan berlangsung hingga 31 Januari 2025, dan akan didistribusikan pada tanggal 5 Februari 2025,” kata Nussy saat ditemui Jubi di rumahnya di Jalan Amphibi Hamadi Lembah, Kota Jayapura, Papua, pada Senin (13/1/2025).
Nussy menjelaskan, sekitar 60 murid yang bersekolah di SD Negeri Aniboi itu kekurangan buku cetak dan alat tulis serta seragam. Menurutnya minat belajar para murid sangat tinggi namun fasilitas penunjang belajar sangat terbatas. Tenaga pengajar di sana hanya empat orang, tiga di antaranya merupakan guru honorer dan kepala sekolahnya yang seorang pegawai negeri sipil (PNS).
“Selain mereka kekurangan fasilitas, jumlah guru di sana hanya empat orang dan itu sangat memprihatinkan, kalau hanya ada empat guru, bagaimana mereka memberikan kualitas belajar mengajar yang baik kepada 60 murid dari kelas satu sampai kelas enam itu,” ujarnya.
Nussy mengatakan, akses transportasi dari Kabupaten Waropen ke Distrik Demba memakan waktu sekitar 1–2 jam menggunakan kendaraan laut seperti perahu atau speed boat, yang menyeberangi selat Saireri.
Setelah sampai di Demba, untuk menjangkau sekolah tersebut mereka harus berjalan kaki selama 45 menit atau sampai 1 jam. Kondisi itu menjadi tantangan tersendiri bagi mereka, demi membantu generasi muda Papua di pedalaman Kabupaten Waropen.
“Tentunya kami berharap dan akan mengupayakan supaya ada perhatian Pemerintah Kabupaten Waropen terhadap kondisi adik-adik di sana. Mereka sejak lama mengalami hal itu, tapi mereka tidak punya akses pertolongan. Upaya ini inisiatif kami untuk menunjukkan kepada pemerintah bahwa mereka di sana terlihat tenang walaupun mereka susah,” katanya.
Sementara itu, Founder Komunitas Pengusaha Kepiting Bakau Aifa Community, Demianus F. Bubui menambahkan selain SD Negeri Aniboi, di Distrik Demba juga ada beberapa SD lainnya dan SMP yang kondisinya patut mendapat perhatian. Pemkab Waropen belum secara merata memperhatikan kondisi pendidikan terkhusus pada wilayah-wilayah terpencil di pedalaman Waropen.
“Semoga gerakan kami membuka ‘akses’ dan perhatian dari pemda, setidaknya ada kebijakan yang menunjang adik-adik kami dalam belajar. Di SD Aiwa sendiri, masih ada anak-anak usia SD yang kami temukan yang sangat ingin bergabung belajar di sekolah, tapi mereka malu karena tidak punya seragam sekolah, miris sekali sentuhan pendidikan untuk mereka,” katanya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!