Jayapura, Jubi – Mahasiswa Fakfak di kota studi Jayapura, mengeluhkan keberadaan para pedagang mama Papua yang menjajakan dagangannya di depan Mess yang jadi asrama mahasiswa. Menghalangi akses masuk pada dua gerbang.
Koordinator Mess Pemda Fakfak, Manase Ndandarmana, mengatakan dagangan para mama Papua itu menyebabkan dua gerbang untuk akses keluar masuk, terpaksa ditutup sejak awal tahun 2015.
Sejak saat itu, penghuni mess hanya menggunakan pintu darurat di belakang Mess, ntuk keluar masuk kendaraan.
Para mama Papua tersebut menjual sayuran, ikan dan umbi-umbian. Mereka seringkali menitip barang bawaan dan dagangan yang belum laku di pekarangan Mess.“Dong sering titip alat-alat dagangan, karung-karung sayuran, coolbox [berisi] ikan yang mungkin tidak laku, mereka titipkan di sini dan kadang berhari-hari baru mereka ambil, kadang sampai banyak lalat,” katanya saat ditemui Jubi di Mess Pemda Fakfak, jalan Buper, Distrik Heram, Kota Jayapura, Jumat (14/6/2024).
Situasi ini, menurutnya karena bentuk kurangnya perhatian pemerintah daerah, menata dan mengatur dimana harusnya para mama berjualan “Mungkin pemerintah kurang perhatikan, kami mau bicara tapi entah mau mulai dari mana, akhirnya [kami] biarkan saja karena mereka berjualan itu mungkin untuk kebutuhan sehari-hari, yang penting tidak mengganggu ke dalam Mess [kami],” katanya.
Para pedagang mama Papua terutama yang menjual sayur, biasanya membawa sayur dalam karung. Setelah berjualan, mereka menggantung karung bekas isi sayur di atas pagar Mess.
“Karung-karung yang digantung itu kan bikin pandangan orang baik dari dalam Mess atau dari luar. Seperti tidak ada estetikanya, jorok begitu. Mereka menghalangi papan nama di depan Mess,” katanya.
Mahasiswa Fakfak Kota studi Jayapura, Adrianus Heremba berharap Pemerintah Kota Jayapura mempertimbangkan keberadaan para pedagang mama Papua tersebut. Dia berharap Pemda segera memindahkan para pedagang ke tempat yang semestinya. Apalagi mengingat area mereka berjualan juga merupakan tempat rawan kecelakaan.
“Kami harap supaya Pemkot atau pihak Pemerintah Provinsi bisa bangun pasar khusus untuk mereka dan pindahkan dari badan jalan itu. Itu untuk jaga dong punya keselamatan juga, sewaktu-waktu ada kecelakaan bisa saja mereka menjadi korban juga, mereka terlalu dekat dengan lalu lintas kendaraan,” katanya.
Salah satu pedagang mama Papua yang menjual ikan air tawar, Kornelia Okoka menjelaskan, sebelumnya di tahun 2022 sewaktu Benhur Tommy Mano masih menjabat wali kota Jayapura dan Gubernur Provinsi Papua masih Lukas Enembe, keduanya telah mengadakan diskusi terkait relokasi para pedagang yang menduduki pinggiran badan jalan Ekspo tersebut
“Saat itu kami bilang, kami mau dipindahkan tapi ke mana?, pemerintah harus siapkan lahan atau tempat untuk kami. Kitong su bilang begitu, tapi pendapat dari pemerintah bilang sementara mama dong jualan di sana dulu. Pemerintah bilang memang posisinya di badan jalan, tapi itu milik pemerintah provinsi. Jadi kami disuruh berjualan sementara,” katanya.(*)
Discussion about this post