Jayapura, Jubi – Tim riset Koalisi Kampus untuk Demokrasi Papua menggelar workshop bertajuk Pembangunan dan Ancaman Terhadap Pangan Lokal, Eksistensi Masyarakat Adat Dalam Menjaga Kearifan Lokal di Kampung Enggros.
Kegiatan workshop yang digelar tim riset Koalisi Kampus untuk Demokrasi Papua itu berkolaborasi dengan Samdhana Institut dan CTSS IPB University berlangsung di Jayapura Provinsi Papua pada Selasa (21/5/2024).
Kegiatan itu dipandu Sekretaris Eksekutif Koalisi Kampus untuk Demokrasi Papua Apriani Anastasia, dengan menghadirkan empat narasumber yakni kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Jan Jap Ormuseray, Tokoh masyarakat adat Kampung Engros Petronela Merauje, Aktivis lingkungan Abdel Gamel Naser, dan Akademisi Universitas Papua Selvi Tebay.
Salah satu isu yang menjadi pembahasan dalam workshop tersebut terkait hutan perempuan di Teluk Youtefa yang memiliki peran sentral. Hutan tersebut perlu terus dilindungi agar warga bisa bertahan hidup serta terbebas dari dampak pembangunan yang mengancam pangan lokal dan eksistensi masyarakat adat yang masih menjaga kearifan lokalnya di Kampung Engros.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Jan Jap Ormuseray dalam materinya mengajak anak-anak muda terutama para mahasiswa agar mengetahui luasnya hutan Teluk Youtefa. Menurut data dinas kehutanan, luas hutan mangrove Teluk Youtefa sekitar 255,10 hektare yang terdiri dari luas hutan mangrove primer selua 194,93 hektar, dan luas hutan mangrove sekunder seluas 660,10 hektar.
Dia menyebutkan beberapa masalah yang menjadi tantangan pemerintah daerah kota Jayapura di Teluk Youtefa adalah degradasi hutan dan lahan akibat penebangan pohon serta tekanan akibat tumbuhnya pemukiman penduduk yang berakibat pada timbunan dan sampah sepanjang sungai Kali Acai.
“Timbunan dan sampah ini menyebabkan terjadi pendangkalan bersama dengan itu juga terjadi pencemaran, hari ini kita bicara tentang Teluk Youtefa namun kondisi yang sama terjadi di Danau Sentani Kabupaten Jayapura,” ujarnya.
Ormuseray mengatakan pihaknya tidak tinggal diam terhadap situasi itu. Beberapa upaya untuk menyelamatkan hutan mangrove Teluk Youtefa diantaranya penanaman hingga rehabilitasi, pembersihan sampah dan limbah Teluk Youtefa, melakukan sosialisasi kepada masyarakat hingga penegakan hukum.
Puluhan mahasiswa turut hadir dalam kegiatan itu. Antara lain berasal dari SWARA Akar Papua, Ecodefender dan Papua Sista Leadership atau PSL.(*)
Discussion about this post