Sentani, Jubi – Tanaman sagu dinilai memiliki kemampuan menyimpan dan menghasilkan air yang banyak. Sagu tidak hanya sebatas bahan pangan lokal saja, yang dapat diolah menjadi berbagai sumber bahan makananan untuk kepentingan hidup manusia.
Program Manajer Papua Yayasan WWF Indonesia, Wika Rumbiak mengatakan pohon sagu biasanya tumbuh di tanah yang lembek atau tanah rawa sehingga dengan mudah menyerap, menyimpan, bahkan menghasilkan air di sekitar tanaman atau pohon sagu itu tumbuh. Selain itu juga, sagu merupakan sumber pangan lokal bagi masyarakat kita.
“Masyarakat tidak perlu sibuk dengan hal lain, tinggal dengan tanam sagu maka sudah banyak hal yang bisa diperoleh di sana. Pangan lokal dan air bersih,” ujar Wika di Kampung Sereh, Kabupaten Jayapura, dalam kegiatan penanaman pohon sagu memperingati Hari Air Sedunia dan peristiwa banjir bandang Maret 2019 lalu, Kamis (14/3/2024).
Menurutnya masyarakat sangat tahu cara mengolah sagu menjadi makanan yang enak serta bergizi. “Ada juga upaya pemerintah yang nantinya akan membuat pagar hidup sepanjang 78 kilometer dari Pasir Enam hingga Maribu, sehingga akan mengurangi aktivitas masyarakat di kawasan penyangga,” katanya.
Komitmen WWF bersama pemerintah daerah, komunitas, universitas, masyarakat adat, perempuan, dan pemuda untuk sama-sama mengampanyekan bagaimana cara penanaman serta pelestarian sagu dilakukan secara kontinu, juga ada transfer pengetahuan bagi generasi muda untuk tetap mencintai alam dan lingkungan, serta menjaga sumber air bersih untuk kehidupan yang lebih baik.
“Kita tidak jauh dengan sumber yang menghidupi kita, ada pangan lokal yang bisa diolah dalam berbagai bentuk menu pangan yang siap saji, tetapi juga bagaimana sumber-sumber air bagi hidup tetap terjaga,” ujarnya.
Salah satu masyarakat Kampung Sereh, Jackson Ondi mengatakan di mana ada tanaman sagu berarti ada sumber air di situ. Jack juga mncontohkan hutan sagu di Kampung Sereh, bahwa di bawah rimbunnya pohon sagu di hutan ini, ada sejumlah mata air yang keluar dari akar pohon sagu yang mengakibatkan timbulnya aliran sungai kecil.
“Hutan sagu tempat masyarakat melaksanakan berbagai kegiatan, dan upaya penanaman yang dilakukan saat ini sangat penting untuk waktu yang akan datang,” ujarnya.
Ia berharap agar kegiatan menanam pohon sagu tidak hanya dilakukan secara seremonial saja dalam momen peringatan hari-hari besar, tetapi harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. Karena, apa yang dilakukan saat ini, dampaknya sangat besar dan akan ditinggalkan bagi generasi berikutnya.
“Cerita-cerita lokal orang tua kami soal sagu, apa dan bagaimana memperlakukan pohon sagu untuk kehidupan, selalu kami ingat dan cerita, itu kami lanjutkan terus bagi anak cucu,” katanya. (*)
Discussion about this post