Amsterdam, Jubi – Sekelompok orang pada Sabtu (2/12/2023) mengadakan demonstrasi untuk memprotes kebangkitan gerakan ekstrem kanan setelah politisi anti-Islam dan xenofobia Geert Wilders mendapatkan jatah kursi parlemen terbanyak dalam pemilu Belanda.
Berkumpul di Dam Square di ibukota Amsterdam, para pengunjuk rasa memprotes kebangkitan ekstrem kanan dan kemenangan pemimpin Partai Kebebasan (PVV) Geert Wilders dalam pemilihan umum.
Massa menyuarakan keprihatiannya menyusul bangkitnya partai-partai ekstrem kanan di negara tersebut, yang menurut mereka mengancam keharmonisan masyarakat Belanda.
Pengunjuk rasa tersebut juga meminta pemerintah untuk menentang “kebijakan apartheid” Israel serta menyerukan untuk mengakhiri serangan terhadap Gaza.
Sambil membawa poster, beberapa poster bertuliskan: “Tidak untuk fasisme” dan “Geert=fasisme,” serta terdengar seruan termasuk “Tidak untuk fasisme” dan “Hentikan rasisme.”
Berbicara kepada Anadolu, Lars Meijer, pengunjuk rasa berusia 23 tahun, mengatakan bahwa ia ikut serta dalam demonstrasi untuk menentang Wilders.
Meijer mengatakan bahwa pemimpin ekstrem kanan tersebut bertujuan untuk melarang kitab suci umat Islam, Alquran, dan menutup mesjid, serta dia menuduhnya sebagai “fasis.”
Meijer juga mengungkapkan keprihatinannya atas bangkitnya Islamofobia jika Wilders menjadi perdana menteri.
Roos Korste, pengunjuk rasa berusia 60 tahun, berkata pada Anadolu bahwa segala sesuatu di negara ini bisa menjadi lebih buruk jika PVV berkuasa.
Hasil resmi akhir pemilihan parlemen di Belanda mengonfirmasi kemenangan pemimpin sayap kanan Geert Wilders.
Dewan pemilihan umum Belanda mengumumkan hasilnya pada hari Jumat, membenarkan jajak pendapat pada 22 November, lapor NL Times.
Partai Islamofobia untuk Kebebasan (PVV) yang dipimpin oleh Geert Wilders menjadi partai utama dengan 37 kursi, diikuti oleh GroenLinks-PvdA dengan 25 kursi, sebuah koalisi yang dipimpin oleh mantan komisaris Eropa Frans Timmermans. (*)