Jayapura, Jubi – Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia atau BPSDM Provinsi Papua, Aryoko F Rumaropen mengatakan Pemerintah Provinsi Papua telah membayar tunggakan beasiswa Siswa Unggul Papua asli Papua periode Januari hingga Juni 2023. Akan tetapi, Pemerintah Provinsi Papua tidak memiliki cukup dana untuk membayar beasiswa periode Juli – Desember 2023.
Hal itu dinyatakan Rumaropen di Kota Jayapura pada Rabu (30/8/2023). Menurutnya, nilai pembayaran tunggakan beasiswa Siswa Unggul Papua periode Januari – Juni 2023 itu mencapai Rp195 miliar. “Kami [BPSDM Papua] hanya diperintahkan membayar enam bulan,” kata Rumaropen.
Rumaropen mengatakan tunggakan yang telah dibayarkan itu adalah tunggakan beasiswa periode Januari – Juni 2023 bagi 1.718 mahasiswa di dalam dan luar negeri. Rumaropen mengatakan data yang dipakai sebagai basis data pembayaran tunggakan itu adalah data mahasiswa yang telah terverifikasi di Kementerian Dalam Negeri.
Menurut Rumaropen, ribuan mahasiswa itu antara lain berkuliah di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Biak Numfor, Manokwari, Sorong, Manado, Makassar, Bali, Surabaya, Malang, Semarang, Salatiga, Yogyakarta, Tangerang, Banten, DKI Jakarta, serta sejumlah perguruan tinggi di Sumatera. Tunggakan beasiswa bagi para mahasiswa di Singapura, Cina, Jepang, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Kanada, Rusia, Jerman, Inggris dan Belanda juga telah dibayarkan.
Rumaropen menjelaskan proses pembayaran itu dimulai pada 18 Agustus 2023. Namun, Rumaropen belum bisa menyebutkan berapa jumlah mahasiswa yang telah menerima pembayaran tunggakan beasiswa itu.
“Nanti kami rekap dulu, baru kelihatan. Itu masih berproses, proses pembayaran akan dilakukan bagi mahasiswa aktif, bukti keaktifan itu ada nilai, dan mengisi undangan [atau data] melalui Google Drive yang kami kasih dan setiap laporan/tagihan resmi yang dikirim sekolah kepada kami,” ujarnya.
Rumaropen tidak memastikan batasan waktu pembayaran tunggakan periode Januari hingga Juni 2023 itu. “Setelah itu kami akan melaporkan kepada Gubernur Papua,” ujarnya.
Rumaropen juga menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan dana untuk membayar beasiswa Siswa Unggul Papua periode Juli – Desember 2023. Akan tetapi, Pemerintah Provinsi Papua tidak memiliki cukup dana untuk membayar seluruh tagihan beasiswa periode mendatang. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah kabupaten/kota ikut menyiapkan anggaran untuk menutupi kekurangan itu.
“Kami di Provinsi Papua sudah siapkan alokasi anggarannya [untuk bayar semester berikutnya], tetapi juga harus ada dukungan dari setiap pemerintah kabupaten/kota. Karena harap dari Pemerintah Provinsi Papua saja tidak akan cukup,” katanya.
Salah satu mahasiswa penerima beasiswa, Chelsea Nussy kembali ke Indonesia sejak awal Agustus 2023. Padahal Nussy sedang menempuh pendidikan di School of Business Jurusan Accounting di Corban University Amerika Serikat.
Nussy mengatakan ia seharusnya menerima biaya hidup senilai 250 Dolar Amerika Serikat (AS) per bulan. Sedangkan untuk biaya pendidikannya mencapai 47 ribu sampai 50 ribu dolar AS per tahun.
Ia terpaksa pulang ke Papua karena BPSDM Papua selalu terlambat membayar biaya pendidikan maupun biaya hidupnya. “[Saya terpaksa] pulang karena tidak ada biaya hidup dan biaya pendidikan,” kata Nussy. (*)