Jayapura, Jubi – Vanuatu dan negara-negara Pasifik yang menghadiri di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mesir terus mendorong adanya peningkatan dan fleksibilitas pendanaan perubahan iklim. Vanuatu berkepentingan karena negara itu terus mengalami kerugian dan kerusakan akibat bencana alam dan perubahan iklim.
Dikutip dari laman internet DailyPost, Vanuatu dan negara-negara Pasifik disebut sangat rentan terdampak perubahan iklim dan bencana alam. Cuaca ekstrem di berbagai negara Pasifik telah menghancurkan tanaman dan rumah, serta merenggut nyawa.
Perubahan iklim telah menyebabkan frekuensi dan intensitas siklon meningkat selama beberapa tahun terakhir. Hal itu menimbulkan konsekuensi ekonomi yang menghancurkan. Selain itu, banyak komunitas hidup dengan ancaman kenaikan permukaan laut.
Vanuatu menyatakan negara-negara Pasifik adalah yang pihak yang paling tidak bersalah atas pemanasan global, namun menghadapi konsekuensi yang paling keras. Mereka memiliki kapasitas yang lebih sedikit untuk beradaptasi secara efektif. Pendanaan iklim sangat penting untuk membangun ketahanan negara Pasifik menghadapi dampak perubahan iklim.
Vanuatu bersama negara-negara Pasifik menginginkan lebih banyak uang untuk tindakan adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim. Hingga kini, pendanaan 100 juta dollar AS yang dijanjikan akan disalurkan setiap tahun bagi negara Pasifik belum dipenuhi negara kaya. Pendanaan itu pun dinilai tidak cukup untuk membiayai adaptasi dan mitigasi perubahan iklim semua negara Pasifiik, dan proses untuk mendapatkan dana itu pun berbelit-belit.
Direktur Perubahan Iklim dan Pimpinan Tematik Kerugian dan Kerusakan Vanuatu pada COP27, Mike Waiwai mengatakan mereka akan terus meminta lebih banyak dana untuk kerugian dan kerusakan dalam diskusi dan negosiasi mereka. Menurutnya, Vanuatu akan mendorong pembentukan Loss and Damage Finance Facility untuk daerah tersebut.
Hal ini untuk mempermudah proses dan mempersingkat waktu untuk mengakses pendanaan. Dia mengatakan Vanuatu dan negara-negara Pasifik berharap usulan itu disetujui, mengingat COP tahun ini disebut sebagai ‘COP pelaksana’ yang berfokus kepada implementasi Perjanjian Paris.
Untuk pertama kalinya sejak Konvensi Iklim PBB diadopsi, para pihak sepakat untuk memperkenalkan kerugian dan kerusakan pendanaan sebagai agenda pada COP27. “Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi membahasnya [kerugian dan kerusakan keuangan] adalah awal dan kemajuan besar,” kata Sekretaris Jenderal Forum Kepulauan Pasifik (PIF), Henry Puna.
PIF mengatakan para pemimpin Pasifik akan memperkuat seruan kepada komunitas internasional untuk terhubung kembali dengan Perjanjian Paris tentang mitigasi, adaptasi, kerugian dan kerusakan. Selain itu, semua pihak harus berupaya agar kenaikan suhu global tidak melebihi 1,5 derajat.
Lebih dari 55 delegasi Dewan Penasihat Nasional tentang Perubahan Iklim mewakili Vanuatu dalam berbagai diskusi dan negosiasi di COP27. Berbagai diskusi dan negosiasi itu membahas berbagai prioritas seperti adaptasi, mitigasi, keuangan, gender, teknologi, lautan, inventarisasi global termasuk kerugian dan kerusakan.
Menurut Mike Waiwai, itu adalah kali pertama Vanuatu mengirim delegasi dalam jumlah banyak pada forum COP. Delegasi tersebut terdiri dari pemerintah, masyarakat sipil, serta juru kampanye proposal ICJ. (*)