Jayapura, Jubi – Lapangan terbang Yegeiyepa menjadi sarana transportasi udara dari Nabire untuk beberapa kampung di Distrik Piyaiye, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah.
Kampung Yegeiyepa terletak sebelah barat dari Dogiyai. Dulunya kampung itu tidak dijangkau transportasi udara maupun trasportasi darat.
Awalnya, masyarakat Kampung Yegeiyepa, Saikonai, dan Tekekota sulit akses transportasi. Selain itu sulit juga penuhi bahan kebutuhan pokok. Hal ini dikatakan Antonius Kegou, kepala kampung Yegeiyepa. Rabu, (20/09/2023)
“Sekarang mudah keluar masuk dari Nabire ke kampung. Awalnya, kalau mau ke Nabire, kami lebih dulu ke kampung Apogomakida atau Kegata. Karena hanya di sana ada lapangan terbang. Kalau ke Kegata atau Apouwo harus jalan kaki selama satu atau dua hari,” jelas dia.
Kata Kegou, jika keluar dari zona kesulitan akses transportasi udara, sebagai masyarakat kampung tentu kerja keras. Lapangan terbang ukuran panjang 450 meter dan lebar 27 meter itu kerja bertahun-tahun.
“Kami kerja keras untuk anak-anak dan cucu kami di kemudian hari. Suatu saat mereka akan keluar masuk melalui lapangan ini dengan harapan besar layani masyarakat. Karena itu, kami kerja dari tahun 2014 sampai dengan 2023. Bulan Agustus kemarin sudah finish,” Katanya.
Timotus Magai juga sebagai masyarakat kampung itu mengatakan, selama proses bangun lapangan terbang, masyarakat tidak pernah terima bantuan apapun.
“Kami kerja dengan tenaga kami sendiri. Maka lapangan ini kerja dengan swadaya. Tidak ada bantuan pemerintah manapun. Sekarang sudah selesai.”
Selanjutnya, Yohanes Magai, warga Yegeiyepa lainnya katakan, sudah ada kerjasama dengan PT. AMA atau Pesawat Pilatus Forter PK-RCX milik Misionaris Association Mission Aviation (AMA) cabang Nabire dan telah mendarat di awal Maret 2023.
“Sudah kerjasama dengan pesawat AMA di Nabire. Pesawat milik misi Katolik ini terus melayani. Kalau ada barang atau penumpang, mereka tetap layani. Sekarang sudah lancar,” Katanya.
Lanjut Magai, pesawat misi ini lebih ke carteran, ada juga subsidi tapi ada juga berupa bentuk tiket biasa.
“Kalau carteran biasanya bayar Rp 13 juta satu kali terbang, kalau subsidi Rp 600 ribu/orang, tapi kalau bayar tiket biasa Rp 900 ribu/orang,” Jelasnya. (CR-12)