Jayapura, Jubi – Orang Papua perlu semacam sekolah alternatif untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman mengelola komoditas dan hasil sumber daya alam. Pemerintah daerah di Papua harus membantu menyiapkan alat produksi agar orang Papua bisa mengelola sendiri berbagai komoditas lokal dan sumber daya alam di wilayahnya.
Hal itu disampaikan perwakilan Sinode GKI, Rina Yanike Krebru dalam diskusi bedah buku “Hidup Papua Suatu Misteri” karya I Ngurah Suryawan yang diselenggarakan Koalisi Kampus untuk Demokrasi Papua di Kota Jayapura pada Senin (1/8/2022). Krebru mengatakan peningkatan kapasitas orang Papua untuk mengelola berbagai komoditas lokal sumber daya alam (SDA) itu juga harus dibantu pemerintah dan gereja.
Menurut Krebru, jika Orang Asli Papua mampu mengolah berbagai komoditas lokal, orang Papua akan mengubah hidup mereka dengan hasil usahanya. “Kita kurang teknik pengolahan, membuat prodak [untuk] dijual. Kami mengelola [pengolahan] pisang menjadi keripik, pisang goreng, pisang keju, dan sebagainya. Masyarakat punya kebun. Sekarang pemerintah membantu alat, bisa dibantu dari sumber uang desa atau lainnya,” katanya.
Krebru mengatakan, orang Papua belum memunyai keterampilan dan kesempatan belajar yang baik. “Kita kelola [dan] kuasai teknologi pertanian, agar kita dapat membangun diri sendiri di tanah kita,” katanya.
Krebru mengatakan buku “Hidup Papua Suatu Misteri” karya I Ngurah Suryawan mengungkapkan banyak hal yang yang menjadi misteri di Tanah Papua. Penulis menuliskan berdasarkan pengalaman empiris di kampung kampung.
“Kami memahami Papua misteri, alamnya yang kaya, budayanya unik. Buku itu memotret keterisolisian warga Papua karena ketidakhadiran Negara di Tanah Papua. Juga bagaimana orang Papua menghadapi era globalisasi yang terjadi di Tanah Papua, [dan] bagaimana kebudayaan Orang Asli Papua tergerus,” kata Krebru.
Ia mengatakan I Ngurah Suryawan juga mengambil data empiris di lapangan, menulis esai yang mendokumentasikan aspek sosial-budaya, pelanggaran Hak Asasi Manusia, eksploitasi SDA, tapi juga kebangkitan ekonomi Orang Asli Papua.
Krebru mengatakan persoalan pelik yang dialami orang Papua adalah bentuk pelanggaran Negara dan perubahan sosial yang terjadi. “Saya melihat bahwa penulis mewawancarai korban eksploitasi SDA di kampung-kampung, dan menuliskannya, mengungkapkan misteri yang dialami oleh orang Papua,” kata Krebru. (*)
Discussion about this post