Jayapura, Jubi-Budaya Saireri selalu mengenal upacara Aira yaitu menyambut saudara atau anak yang pergi jauh merantau dan kembali dengan selamat. Adat ini hampir sama pula dengan budaya orang Byak, Mansorandak.
“ Memang di Yapen termasuk di Distrik Angkaisera sama semuanya tetapi ada perbedaan antara orang Ambai dan juga warga dari Kampung Menawi,”kata tua adat Kampung Menawi di Kota Jayapura Paitua Theo Arebo kepada Jubi di tengah acara budaya Aira dari suku Menawi menyambut kembalinya Letda Cba (K) Fransiska Pretty Cicilia Sawerdani kembali dari Kongo, Afrika , Senin (12/12/2022) di Jalan Pegugunungan Salju Dok V Atas Kota Jayapura.
Dia menambahkan dalam acara budaya Aira ini biasanya anak atau orang yang kembali akan disambut oleh om atau Paman dalam bahasa Menawi disebut Kahi. “Peran om atau Kahi dalam budaya orang Saireri sangat penting karena mereka bertanggungjawab dalam membina dan ikut andil dalam perkembangan anak anak dari saudara perempuannya,”kata Arebo.
Saat anak perempuan atau pun anak yang merantau tiba akan disambut oleh pamannya (Kahi) dan mama tuanya mengantarkannya masuk rumah, sementara saudara-saudara lainnya dan om om menabuh tifa menyambut kedatangannya.
Para penari dan penabuh tifa menyanyikan lagu sambutan dalam bahasa Menawi, “Dontai na Wairo mavene…antassarari na angkadi kururnei….,” (2x). Artinya, “Dia datang dari jauh …jadi kitorang siram dia dengan air kelapa muda…,”
Sambil menyanyikan lagu penyambutan om dan tante mengantar sampai depan rumah disambut oleh orang tua kandung di dampingi juga oleh om atau paman kandung. Selanjutnya om akan membelah kelapa muda dan airnya disiram di atas kepala anak. Hal ini dipercaya untukr menghilangkan atau mengusir semua roh roh jahat yang mengikutinya dari rantau.
Setelah menyirami dengan air kelapa muda, mama tua (atau kakak kandung dari ibu) akan mengenakan Sireuw (hiasan rok dari manik manik), gelang dari kulit bia (Paseda) dan topi burung Cenderawasih atau Kopiya dene. Kemudian anak yang baru datang dari tugas atau merantau itu menginjak piring dan diperbolehkan masuk ke dalam, rumah orang tuanya. Namun rombongan pengantar terus menari dan menyanyi mengitari halaman rumah sebanyak tiga kali atau boleh lebih.
Ibu Welly Ansanay Sawerdani mengatakan pelaksanaan upacara Aira dari Kampung Menawi ini penting karena gerenasi muda sekarang sudah tidak mengetahui lagi adat istiadatnya termasuk bahasa daerah. “Saya senang karena dulu orang tua saya sudah mengajarkan dan mewariskan budaya agar kitorang terus melanjutkan agar tidak hilang atau tidak tahu adat sama sekali,”katanya.(*)