Sentani, Jubi – TNI mengerahkan pasukan militer dengan menggunakan helikopter di Gunung Nalkuru di Kampung Yuguru, Distrik Mebarok, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan. Pengerahan pasukan besar-besaran tercatat terjadi sejak 18 Januari 2025. Warga ketakutan dan mengungsi.
“Gunung Nalkuru tidak jauh dari lapangan terbang Yuguru, tapi setelah turun dari gunung Nalkuru, 23 helikopter itu, pasukan yang diturunkan menuju lapangan terbang Yuguru dengan jalan kaki,” kata narasumber Jubi, yang meminta namanya tak disebutkan melalui pesan aplikasi, Senin (24/2/2025).
Dia mengaku melihat dan menghitung sendiri jumlah helikopter yang berseliweran Nduga di seputar kampung itu. Dia mengirimkan rekaman video helikopter yang berseliweran di kampung itu.
Menurutnya, aparat militer dalam perjalanannya menyekap warga bernama Etina Wandikbo bersama lima anaknya. Aparat TNI menyuruh mama Etina serta anak-anaknya semua keluar dari rumah sambil menodongkan moncong senjata dan bertanya-tanya terkait keberadaan sejumlah nama.
“Kenal Ibet kah tidak, kenal klasis Yuguru Sablik Karunggu kah tidak dan tahu Yordan Nyamuk Karunggu kah tidak? Setelah itu aparat TNI ambil Alkitab milik bapak Pendeta Almarhum Nonmaksu Kogoya lalu suruh terjemahkan dalam bahasa Indonesia. Namun, Etina dengan anak-anak tidak baca Alkitab tersebut, sehingga militer Indonesia menertawakan mereka,” ujarnya sembari menirukan percakapan itu.
Dia mengatakan saat ini lapangan terbang Yuguru dijadikan sebagai pos militer TNI yang diberi nama ‘Tim Taipur Titik Kuat Yuguru’ . Dipimpin oleh tiga komando. Pusat pos militernya di kantor Distrik Mebarok kampung Yuguru kabupaten Nduga. Kemudian dibagi lagi menjadi lima titik pos militer Indonesia di daerah Yuguru.
“Pos TNI pertama di Wisigi perbatasan Distrik Mebarok dengan Distrik Paro. Pos TNI kedua di Gunung Karowa perbatasan Distrik Mebarok dengan Distrik Mapenduma. Pos TNI ketiga di Gunung Esa perbatasan Distrik Mebarok dengan Distrik Mugi. Pos TNI keempat di Gunung Paul dan Pos TNI kelima bernama Tim Taipur Titik Kuat di Yuguru. Jadi Yuguru saat ini dalam kurungan militerisme Indonesia,” katanya.
Dia juga mengungkapkan ada rumah warga yang digusur militer Indonesia. Yakni rumah kepala desa Ngenamba Letus Karunggu, satu Puskesmas, rumah Elianus Gwijangge kepala desa Lumurak, rumah Elipus Gwijangge kepala desa Yuguru, rumah Rutni Wandikbo, rumah Etina Wandikbo dibakar.
“Militer menggunakan gedung sekolah SD Negeri 1 Yuguru dijadikan sebagai tempat penjaga pos dan Kantor Distrik Mebarok dan rumah Pendeta Almarhum Nonmaksu Kogoya dijadikan sebagai rumah militer Indonesia tanpa izin,” katanya.
Selain itu, ternak babi peliharaan Etina Wandikbo sebanyak 10 ekor dibunuh oleh militer Indonesia. Barang-barang milik kepala-kepala Desa Yuguru dan warga Yuguru yang turut dirampas antara lain adalah satu chainsaw, satu drum bensin, 120 seng daun, bantal dan segala peralatan rumah dirampas oleh militer Indonesia milik Kepala Desa Ngenamba, Letus Karunggu.
Kemudian rumah milik kepala Desa Lumurak, Elianus Gwijangge juga dibongkar, satu chainsaw , tripleks dan peralatan rumah dirampas oleh militer Indonesia.
“Begitu pula dengan barang-barang milik anak-anak sekolah dan warga dirampas oleh militer antara lain adalah Buku-buku, papan tulis, parang, kapak, anak panah, senapan angin dan serta semua barang-barang rampasan milik warga dinaikkan di dalam helikopter lalu bawa ke Timika,” ujarnya.
Akibat kehadiran militer itu, warga di sembilan kampung kosong. Mereka menyelamatkan diri di hutan-hutan yaitu Kampung Unggutmu, Kerambuwanit, Yimiri 1 dan Yimiri 2, Nunggupuksarak, Kuib, Tunggirid, Osabiem dan kampung Gereja borom.
Dia mengatakan, warga sembilan kampung tersebut sampai sekarang masih di hutan. Mereka takut dengan tembakan senjata, raungan helikopter dan takut dengan kehadiran militer Indonesia yang bernama Pos Taipur Indonesia di Yuguru.
“Wilayah tempat perang antara TPNPB dan TNI/POLRI adalah Kenyam sampai dengan Habema, maka penempatan militer Indonesia harusnya disana. Kampung Yuguru adalah tempat warga sipil bukan tempat operasi militer,” ujarnya.
Salah satu warga Yuguru, membenarkan peristiwa dan pendropan itu terjadi di Kampung Yuguru. Ia menerangkan kehadiran Pos Taipur (Militer Indonesia) membuat banyak warga yang ketakutan, trauma dan juga terganggu secara psikologis. Sebab sebelumnya warga tidak pernah melihat TNI dalam jumlah banyak dengan alat perang lengkap.
“Kami tidak pernah melihat helikopter turun, namun hari ini kami lihat helikopter mulai dari tanggal 18 Januari 2025, 23 helikopter membawa banyak tentara dan alat-alat perang lengkap. Dalam satu hari begitu 4-5 Helikopter yang datang ke Yuguru. Artinya setiap hari helikopter militer TNI datang terus menerus di daerah Yuguru,” ujarnya.
Dia mengatakan barang-barang milik warga juga turut diperiksa oleh militer TNI dengan todongan senjata. Pihaknya juga dipaksakan mengatakan “NKRI Harga mati”, “Yuguru Indonesia”.
Yuguru bukan wilayah perang
Sekretaris Klasis Gereja Kemah Injil di Tanah Papua atau KINGMI Yuguru, Nopinans Kogoya mengatakan kampung Yuguru menjadi jalur masuk negosiasi melalui pihak gereja kepada TPNPB, terutama saat penangkapan pilot asal Selandia Baru, Kapten Philip Mark Mehrtens di Distrik Paro pada 7 Februari 2023 oleh pimpinan Egianus Kogoya, hingga akhirnya pilot itu dibebaskan.
“Kami pihak gereja juga punya kontribusi dalam misi kemanusiaan dan negosiasi hingga ada pembebasan pilot itu. karena kampung Yuguru menjadi pintu masuk untuk negosiasi dalam pembebasan pilot itu melalui gereja. pembebasan pilot itu tujuannya supaya warga di Yuguru tinggal aman dan nyaman di kampungnya,” kata Nopinans kepada Jubi melalui panggilan telepon, Selasa (25/2/2025).
Nopinans menjelaskan, warga kampung di Yuguru mau hidup tenang, aman dan damai. Sebagaimana beraktivitas seperti biasa, namun kehadiran dan pendropan militer ini sangat mengganggu kenyamanan masyarakat. Apalagi aparat militer diturunkan dalam jumlah banyak.
“Tetapi kenapa 18 Februari 2025 ini ada 23 helikopter turun di Yuguru sehingga sampai sekarang ini aparat militer menguasai kampung Yuguru?” katanya.
Pihaknya meminta Presiden Prabowo Subianto dan pimpinan pusat untuk menarik kembali militer yang didrop ke kampung Yuguru. Ia mengatakan di kampung Yuguru bukan darurat militer, Yuguru masih aman.
“Kami pihak gereja minta kepada presiden Prabowo dan pimpinan tinggi TNI untuk tarik kembali anggotanya. Karena masyarakat di Yuguru tidak tahu apa-apa, mereka hanya berburu, berkebun itu saja sehingga dengan kehadiran TNI mereka sangat ketakutan dan trauma,” ujar Nopinans.
Komandan Operasi Lapangan Batalyon Yuguru, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB, Soasoa menyatakan daerah Yuguru bukan wilayah perang antara TPNPB dan TNI/Polri. Dia menegaskan, Yuguru adalah tempat pengungsi warga Nduga 12 distrik. Maka pendropan Militer Indonesia di Yuguru adalah melanggar hukum Humaniter Internasional
“Karena mereka (TNI/Polri) duduki rumah sakit, Puskesmas, gedung sekolah, gusur rumah-rumah kepala desa serta perampasan barang-barang milik warga. Kantor distrik Mebarok dijadikan sebagai tempat militer Indonesia. Merupakan pelanggaran HAM dan hukum Humaniter Internasional,” kata Soasoa.
Jubi berupaya mengkonfirmasi hal ini kepada Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan atau Kapen Kogabwilhan III Kolonel Inf Winaryo pada pada Rabu (26/2/2025). Namun hingga berita ini diturunkan, Jubi tidak mendapatkan balasan. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!