Jayapura, Jubi – Dalam rangka menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah, Balai Bahasa Papua menggelar diskusi kelompok terpumpun atau DKT.
“Pertemuan kali ini untuk membahas terkait penyusunan bahan ajar revitalisasi bahasa daerah,” ujar Widyabasa Ahli Muda Balai Bahasa Papua, Yohanis Sanjoko, di Hotel Horison Sentani, Kabupaten Jayapura, Selasa (20/2/2024).
Dari berbagai upaya perlindungan bahasa daerah, program revitalisasi bahasa daerah merupakan tahapan strategis setelah upaya pemetaan bahasa, pengukuran daya hidup/vitalitas bahasa, dan upaya konservasi bahasa.
“Menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan sehari-hari dan meningkatkan jumlah penutur muda bahasa daerah. Kami selalu mengimbau kepada setiap keluarga untuk menggunakan bahasa daerahnya,” ujarnya.
Sebanyak 428 bahasa daerah di Papua bila tidak dilakukan perlindungan atau revitalisasi maka akan hilang seiring dengan perkembangan zaman. Ditambah lagi jumlah penutur yang semakin berkurang.
“Revitalisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan berbasis sekolah, komunitas, atau berbasis keluarga untuk mendorong penggunaannya dalam komunikasi yang beragam, sehingga daya hidup bahasa daerah tersebut pada taraf aman dan ditransmisikan dengan baik,” ujarnya.
DKT melibatkan 22 peserta dari 10 kabupaten/kota di Papua, dengan harapan bahasa daerah sebagai upaya pelestarian dan pengembangan melalui pewarisan kepada generasi muda.
“Revitalisasi menjadi ujung tombak keberlanjutan upaya perlindungan bahasa di daerah. Salah satu keluaran revitalisasi yang diharapkan dapat terus berkelanjutan adalah jumlah penutur muda yang bertambah,” ujarnya.
“Diskusi ini kami menyiapkan enam modul pembelajaran, yaitu puisi berbahasa daerah, cerpen atau cerita pendek, dongeng, cerita rakyat, stand up comedy atau komedi tunggal. Jadi enam modul pembelajaran ini nanti yang akan diteruskan kepada rekan sejawat ataupun kepada siswa,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua, Christian Sohilait, berharap agar memudahkan guru memiliki bahan ajar karena memilki materi bahasa daerah.
“Supaya bahasa daerah tidak hilang dan tidak punah. Semoga pertemuan ini berdampak positif sehingga ada buku bahan ajar di sekolah. Saya berharap orang tua di rumah membiasakan komunikasi dengan bahasa daerah. Pemerintah daerah sangat mendukung upaya revitalisasi bahasa daerah,” ujarnya. (*)
Discussion about this post