Jayapura, Jubi – Hari ini, Jumat (17/1/2025), tepat satu bulan berlalu sejak gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,3 Skala Richter mengguncang Port Vila, Vanuatu, pada 17 Desember 2024. Sejumlah 14 orang meninggal dunia, 200 orang lainnya terluka, dan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Pada Jumat, Radio New Zealand melansir pemberitaan berjudul “Vanuatu one month on: aftershocks, a no-go zone and anxiety” yang menyatakan sejumlah wilayah di pusat kota Port Vila masih ditutup karena kerusakan infrastruktur di sana. Pelabuhan Laut Star Wharf belum beroperasi kembali.
Sejumlah permukiman—baik di kawasan perkotaan maupun pedesaan—belum terhubung lagi dengan jaringan air bersih. Pusat Operasi Pemulihan memperkirakan ada 6.000 pekerja yang bekerja di 200 badan usaha di Central Business Districk (CBD) yang terkena dampak gempa bumi.
Para warga Vanuatu juga terus merasakan gempa bumi susulan. Ada sejumlah gempa bumi susulan yang kuat, termasuk gempa bumi berkekuatan 5 Skala Richter yang baru-baru ini menggunjang Port Vila.
Leinasei Tarisiu yang tinggal di luar Port Vila mengunjungi Ibu Kota Vanuatu itu pada Kamis (16/1/2025) untuk menggunakan hak pilihnya. Ia mengatakan anak-anak di rumahnya masih panik ketika terjadi gempa bumi, meskipun gempanya kecil .
“Mereka masih takut. Bahkan tadi malam saat [gempa susulan] itu terjadi, kami semua berlarian keluar. Sulit bagi kami untuk tetap tinggal di [dalam] rumah,” ujarnya.
Satu-satunya dokter spesialis kesehatan jiwa di Rumah Sakit Vila Central, Dr Jimmy Obed mengatakan aktivitas seismik yang sedang berlangsung membuat banyak warga mengalami trauma ulang. Ia mengatakan seiring keadaan yang perlahan menyerupai keadaan normal, semakin banyak orang yang mencari dukungan kesehatan mental.
“Apa yang kami coba sampaikan kepada mereka adalah bahwa kecemasan adalah hal yang wajar bagi Anda. Kami berikan mereka beberapa keterampilan, cara menenangkan diri saat panik atau stres, atau [mengatasi gangguan] sulit tidur,” kata Obed.
Ia juga mengajarkan bagaimana cara menenangkan dan mengatur emosi anak yang mengalami trauma. “[Itu] keterampilan sederhana yang dapat mereka gunakan, memahami bagaimana anak-anak dapat menenangkan diri dan mengatur emosi mereka,” ujar Obed.
Demam pemilu
Pada Kamis, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Vanuatu menyelenggarakan pemungutan suara untuk pemilihan umum yang dipercepat. Penghitungan awal hasil pemungutan suara itu telah dilakukan, dan logistik pemilu sedang ditarik kembali ke Port Vila untuk merekapitulasi hasil penghitungan itu.
Radio New Zealand Pasific mewawancari Trenold Tari, seorang pekerja penerbangan yang menggunakan hak pilihnya pada Kamis. Tari berharap pemilihan umum yang dipercepat itu akan memilih pemimpin dengan ide bagus untuk masa depan Vanuatu.
“[Semoga mereka yang terpilih] bukan hanya [memiliki] visi untuk menjalankan pemerintahan dan negara, tetapi juga yang memiliki kualitas kepemimpinan dan transparan. [Semoga kandidat yang terpilih] dapat bekerja dengan masyarakat, dan yang tidak hanya memikirkan diri mereka sendiri,” katanya.
Banyak pemilih di ibu kota mengatakan mereka menginginkan pemimpin yang akan bertindak cepat untuk pemulihan dan rekonstruksi Port Vila pasca gempa. Sejumlah pemilih lainnya menyatakan warga telah muak dan lelah dengan ketidakstabilan politik.
Pemilihan umum yang dipercepat itu harus digelar setelah Presiden Vanuatu Nikenike Vurobaravu membubarkan parlemen pada November 2024. Itu adalah pembubaran parlemen kedua yang dilakukan Vurobaravu. Jika pemilihan umum pekan ini ikut dihitung, selama empat tahun terakhir Vanuatu telah lima kali memilih perdana menteri.
Pada Jumat, sejumlah media lokal melaporkan hasil tidak resmi penghitungan perolehan suara. Mereka melaporkan Partai Pemimpin, Partai Vanua’aku, Gerakan Reunifikasi untuk Perubahan, dan Grup Lauko meraih suara dukungan secara merata di berbagai daerah pemilihan. Akan tetapi, saat ini masih terlalu awal untuk bisa memperkirakan hasil pemilihan umum dipercepat.
Ketua Masyarakat Seaside Tongoa, Paul Fred Tariliu mengatakan mereka telah membahas hal ini sebagai sebuah kelompok dan menyampaikan perasaan mereka dengan jelas kepada kandidat pemilihan mereka.
“Kami meminta kandidat kami untuk menyampaikan kepada semua presiden partai politik untuk bersikap jujur dan berikan contoh yang baik. Jika kandidat terpilih dalam pemerintahan, namun tidak lagi memiliki dukungan, sampaikan kepada satu kelompok untuk mundur dan biarkan pemerintahan lain masuk,” kata Tariliu.
Sekolah akan dibuka
Meskipun pemungutan suara pada Kamis menimbulkan demam pemilu sesaat, jelas bahwa ribuan orang di Port Vila masih sangat membutuhkan bantuan. Ketua Palang Merah Vanuatu berencana mulai mendistribusikan bantuan keuangan kepada keluarga yang terdampak gempa bumi.
Sekretaris umum komunitas warga, Dickinson Tevi mengatakan beberapa desa belum memiliki pasokan air bersih, dan banyak warga kehilangan pekerjaan. “Kami menerima banyak permintaan penilaian kondisi dari warga, karena ada banyak orang-orang yang mengikuti penilaian kondisi selama masa darurat ini. Kami telah membuat rencana untuk melakukan penilaian yang lebih rinci untuk memastikan tidak ada seorang pun yang terabaikan,” kata Dickinson Tevi.
Tevi mengatakan karena sekolah akan segera dibuka kembali, para orangtua dan keluarga murid yang kehilangan pekerjaan akan mengalami tekanan yang lebih besar.
Dalam keterangan persnya, Direktur Nasional Save the Children Vanuatu, Polly Banks mengatakan bencana sering secara seketika mengubah kehidupan anak-anak, terutama jika mereka kehilangan orang yang dicintai. Bencana juga sering mengganggu pendidikan anak, atau memaksa anak meninggalkan rumah mereka.
“Setelah terjadi bencana apa pun, sangat penting bagi anak-anak yang sedang dalam masa pemulihan untuk segera kembali kepada rutinitas normal, sesegera mungkin. Bagi sebagian besar anak, itu berarti kembali ke sekolah, tempat mereka dapat berhubungan kembali dengan teman-teman dan berbagi pengalaman,” ujarnya.
Ia mengatakan sedikitnya 12.500 anak di Vanuatu terpaksa bersekolah di pusat pembelajaran sementara. Sedikitnya 100 ruang kelas di seluruh Vanuatu yang rusak atau hancur karena gempa. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!