Sentani,Jubi – Bagi Mial Armand, tanah Papua punya banyak cerita dan sangat berarti dalam perjalanan kariernya di sepak bola.
Pemilik nama lengkap Mial Balebata Armand itu, pertama kali menginjak kakinya di Papua sebagai pesepak bola profesional pada 2005 silam. Turut mengantarkan Persidafon Jayapura menapaki liga satu Indonesia, sempat membela Persiwa Wamena serta Yahikimo Fc.
Selain tim – tim lokal Papua, Mial Arman juga pernah adu piawai bermain bola hingga ke Negeri Jiran Malaysia (Kedah FC) dan Saigon Port ( Vietnam). Usianya tergolong muda saat itu 27 tahun, ketika Mial dipaksa gantung sepatu karena cedera lutut.
Selanjutnya, karir sepak bola ia teruskan sebagai pelatih di sejumlah klub-klub lokal di Papua. Pada 2009, dia mengawalinya sebagai asisten pelatih Perseka ( Kaimana) sebagai kontestan divisi 3 Indonesia. Setahun kemudian pada 2010 ia menjabat Pelatih Kepala Perseka hingga 2013.
Tiga tahun berikutnya hingga 2017 menahkodai Persigubin ( Pegunungan Bintang) lalu pindah lagi ke Biak United pada 2018, setahun di Karang Panas, 2019 berlabuh di Elang Brimob FC Jayapura.
Pada 2020, dia mendapat kesempatan melatih DIT FC, salah satu klub lokal di Timor Leste, setahun mengasah ketrampilannya di sana, ia kembali ke tanah Papua lagi sebagai pelatih tim Persiweja ( Mamberamo Raya) dan pada 2022-2023 kembali ke Timor Leste dan membawa DIT FC juara liga 2.
Dari serangkaian perjalanan karirnya ini, Mial mengaku sangat nyaman di Tanah Papua.
Meskipun berbagai tawaran melatih dari sejumlah klub-klub lokal maupun profesional di luar Papua bahkan mancanegara terus berdatangan. “Papua ini sa punya rumah sudah, saya lebih nyaman di Papua,” ujar pria asal Kamerun yang telah menggantikan warga negaranya ini melalui pesan WhatsApp di Sentani, Minggu (21/5/2023).
Disinggung soal sepak terjang kariernya sebagai pelatih di Timor Leste, menurutnya soal materi pemain Timor Leste dari sisi skill dan kemampuan, tidak kalah jauh dengan para pemain sepak bola di Papua. Tapi di sana terbatas fasilitas pendukung seperti lapangan maupun stadion yang masih minim, hal ini berbeda dengan fasilitas yang ada di tanah Papua.
“Perbedaan sangat besar karena di Timor Leste kurang infrastruktur (lapangan dan peralatan), jadwal liga sering diubah, mindset pemain tentang sepakbola beda dengan di Papua karena pemain di liga satu tim leste saja belum bisa hidup dari sepak bola,” jelasnya.
Soal pembinaan, suami Irma Siregar ini menjelaskan, pembinaan sepak bola di Timor Leste jalan terus karena ada pelatih asal korea Mister King yang sudah lama fokus dalam pembinaan.
Ada sejumlah nama-nama pemain asal Timor Leste seperti, Agalih, Muzinho, dan Jhon Frith adalah hasil tangan dingin Mister King. Hanya saja, ketika sudah senior dengan kompetisi yang kadang bisa 6 sampai 9 bulan, baru bergulir dalam waktu 3 sampai 4 bulan. Lalu jeda tanpa sebab.
Hal ini mengakibatkan banyak pemain berbakat putus asa dan ke luar negeri cari kerja.
Menurutnya, pembinaan sepakbola di Papua sudah cukup bagus. Ada banyak SSB dan Akademi yang sudah punya struktur jelas. Ada banyak turnamen.
Dia meyarankan, ini saatnya Asosiasi Provinsi Papua fokus untuk membuat kompetisi kelompok umur supaya lebih jelas dan gampang dipantau pergembangan pesepakbola Papua. “Sudah banyak kompetisi lokal digelar, rutin setiap tahun. Dari Sentani hingga kota Jayapura, ini kesempatan yang harus dimanfaatkan oleh asosiasi provinsi hingga kabupaten untuk bisa mendapatkan bibit pemain potensial,” katanya.
Lebih lanjut, Arman menyinggung tim kebanggaan masyarakat Papua Persipura, yang kini tersuruk ke kasta kedua Liga Indonesia. Dirinya pernah menyarankan agar manajemen serta pengurus harus segera berpikir tentang masa depan tim kebanggaan masyarakat Papua itu.
“Jika kita tidak cepat pikir tentang masa depan tim Persipura, pasti akan ada masalah dan akan sulit untuk bangkit kembali karena banyak faktor non teknis artinya kepengurusan karena tidak semua orang yang mau urus Persipura dengan hati nurani, saran ini saya sampaikan pada 2017 lalu,” katanya.
Untuk tim mutiara Hitam, menurutnya semua eleman harus bersatu. Dorong kembali Persipura berjaya di lapangan hijau. Sang jenderal bintang empat harus bangkit kembali.
“Saya selalu bilang kita sedang tertidur dengan kalimat ‘Papua adalah gudang pemain’, itu omong kosong. Coba lihat Liga 1 Indonesia, ada 18 tim yang berlaga, salah satu tim dari Papua sama sekali tidak ada. Liga 2 ada 27 tim, Papua hanya 3 tim, lalu di Timnas coba hitung berbagai kelompok usia, semua anak Papua ada berapa banyak yang dilibatkan.
“Maka bagi saya, masyarakat bola harus tekan pemerintah untuk dukung sepakbola sebagai olahraga yang Tuhan berikan kepada anak-anak Papua untuk bisa hidup melalui keterampilannya di dunia sepak bola,” ucapnya.
Setelah membawa DIT FC juara liga dua Timor Leste. Mial Armand sedang diincar klub-klub di Timor Leste seperti Nagardjo FC, LICA dan Caracao FC. Sementara di Papua Indonesia sudah ada 2 klub liga 3 yang sedang mengatur kesepakatan, seperti Persinab Nabire dan Persemar Mamberamo Raya. Termasuk salah satu tim di NTT Malaka FC.
Profil singkat
Nama : Mial Balebata Armand
Ttl: Doualq 8 Oktober 1982
Warga Negara:Indonesia
Karir sebagai pelatih
2008: Pelatih SSB Int’l Madania JKt
2009:asisten Pelatih Perseka Kaimana DIV 3
2010-1013 :Pelatih kepala Perseka
2014-2017 Pelatih Persigubin pegunungan bintang
2018: Pelatih Biak Unted
2019: Pelatih Elang Brimob FC jayapura
2020: Pelatih DIT FC Timor Leste
2021: Pelatih Persiweja Mamberamo Raya
2022/2023: Pelatih DIT FC
Penghargaan sebagai pelatih
2010: lolos ke Divisi 2 dengan Perseka Kaimana
2011: juara 3 nasional Divisi 2 dengan Perseka Kaimana
2012:juara 1 nasional Divisi 1 dan juara 1 Divisi 2 Persinab Nabire sebagai Dirtek
2013:12 besar Divisi Utama di Perseka dan lolos ke Divisi utama sama Persigubin
2014: 16 besar Divisi 2 Indonesia
2019: Pelatih terbaik Koteka Cup Jayapura
2022: juara 1 pramusim Di gleno Tim Leste
2023: juara 1 Liga 2 Timor Leste.(*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!