Sentani,Jubi – Pasar Pharaa Sentani, pasar terbesar di Kabupaten Jayapura ini setelah peristiwa kebakaran pada awal desember 2024 lalu mengalami banyak perubahan. Jumlah pedagang maupun tempat jual, baik itu lapak, kios serta los, terus bertambah.
Pasca peristiwa kebakaran, 150 pedagang musiman dipindahkan ke halaman parkiran Pasar Pharaa dan saat ini sudah terbangun satu los besar yang menutupi areal depan, tempat parkiran kendaraan roda dua.
“Los besar didepan ini menampung hampir 200 pedagang musiman dari pagi sampai sore,” ujar Keliopas Mehue Kepala Pasar Pharaa Sentani, Senin (17/3/2025).
Setelah los besar dibangun, kata Keliopas, khususnya pedagang musiman yang tadinya tidak mendapat tempat jual disini (pasar),akhirnya bisa berjualan secara bergantian. Karena tempat jualnya tidak diberikan kepada hanya satu pedagang atau milik satu pedagang.
Menurutnya,kenaikan jumlah pedagang musiman ini dikarenakan posisi tempat jual yang berada paling depan dari los besar di Pasar Pharaa Sentani. Namanya juga pedagang musiman, sementara kuota tempat yang tersedia lebih sedikit banyak dari jumlah pedagang sebelumnya. Di hari-hari Sabtu atau libur selain hari Minggu, pasti sangat banyak dan membludak.
“Pedagang lokal ini kalau berjualan selalu maunya di bagian depan. Karena langsung berhadapan dengan pembeli yang datang, makanya los besar ini selalu padat dengan pedagang musiman,” jelasnya.
Sementara pedagang kelontongan, Keliopas mengaku , pedagang kelontongan atau yang menjual barang produksi seperti perabot rumah tangga, pakaian dan sepatu, satu pedagang atau usaha terbagi menjadi beberapa bagian. Tempat jualan sebelum terbakar itu sangat besar sehingga dalam kondisi seperti ini mereka (pedagang) membangun lapak jualan lebih dari satu.
“Data awal itu ada 130 pedagang kelontong, setelah di bagi-bagi menjadi banyak, ada 200 pedagang. Sebagian membangun lapak di bagian depan bersama pedagang musiman dan sebagiannya lagi di celah atau space los besar,” katanya.

Sebagian pedagang musiman dan pedagang kelontongan yang berjualan di celah-celah los B dan C di Pasar Pharaa Sentani – Jubi/Engel Wally
Mehue menjelaskan, pedagang musiman yang berjualan di dalam los besar di bagian depan adalah pedagang lokal yang datangnya dari kampung-kampung di lembah dan dataran Grimenawa, yang terdekat di Sentani seperti pos 7, kompleks sosial, taruna, dan juga kampung Komba.
“Karena pasar dibuka pada jam enam pagi hingga jam lima sore, pedagang yang datangnya lebih pagi akan mendapatkan tempat di dalam los besar, yang terlambat biasanya berjualan di depan bagian depan terminal,” katanya.
Salah satu pedagang musiman di Pasar Pharaa, Lutrice Ondoapo yang berjualan sayur mayur mengatakan, tempat jual yang saat ini ditempati tidak sepenuhnya menjadi miliknya. Sebab keesokan harinya bisa saja pedagang lain yang menempati tempat tersebut.
Ice sapaan akrabnya ini juga bilang kalau berjualan di tempat yang baru (los besar) ini barang jualannya sangat cepat laku atau dibeli. Hal ini berbeda saat berjualan di los B yang terbakar.
“Jualan di dalam (los B), sangat lama bahkan ada barang yang tidak laku terjual,” ujarnya.
Di los besar ini, lanjutnya, hampir sebagian besar menjual bahan natura seperti sayur mayur, ubi, petatas, singkong, keladi, pinang, dan sagu.
“Sayuran segar, betatas dan singkong biasanya cepat laku. Orang-orang yang puasa biasanya beli sayuran segar juga,” ujarnya.
Wakil Ketua I DPRK Jayapura Hariyanto Piet Soyan mengatakan,pihaknya belum mendapat informasi yang detail, apakah saat ini kondisi Pasar Pharaa Sentani sudah berjalan normal atau tidak, setelah peristiwa kebakaran,.
“Pasar adalah tempat pendapatan asli daerah yang perlu mendapat perhatian serius oleh pemerintah daerah. Tidak hanya pasar Pharaa saja, ada sejumlah pasar yang aktif di daerah ini,” ujar Piet Soyan.
Menurut Soyan, kondisi fasilitas penunjang seperti dua los besar (B dan C) ini yang terdampak insiden pada awal desember 2024 lalu belum ada kejelasan. Kelanjutannya seperti apa, dibangun baru atau direhab, atau dibiarkan begitu saja.
Dikatakan, dampaknya ada banyak lapak, kios dan tempat jual yang dadakan dibangun, karena tuntutan pedagang yang harus tetap berjualan di pasar. Bagaimana pengaturannya, yang namanya pasar pasti ada sampah disana, siapa yang mengatur karcis retribusi parkir karena halamannya digunakan saat ini sebagai tempat jual, dan masih banyak lagi hal lain yang harus diperhatikan secara serius.
“Instansi teknis harus saling berkoordinasi, bagaimana mengatasi persoalan yang timbul di pasar seperti sampah, retribusi karcis, pos pengawasan, air bersih, listrik dan fasilitas tempat jual lainnya,” katanya.(*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!