Sentani, Jubi – Ayub Yunus Fita membongkar sebuah kantong plastik hitam berukuran besar. Dia menumpahkan dan mengorek isi kantong bermuatan sampah tersebut. Karena tidak ada barang yang diharapkannya, Fita berlalu ke kantong hitam besar lain.
Lelaki berusia 48 tahun itu dengan telaten memeriksa setiap kantong plastik ataupun wadah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kampung Doyo Lama, Kabupaten Jayapura. Dia tidak jarang pula mengais dan memilah serpihan sampah yang kian menggunung itu.
Fita mengincar kaleng, alumunium, dan botol bekas minuman ringan untuk dijual kembali ke penampung barang loakan. Fita seorang disabilitas. Dia hanya mengandalkan tangan kanannya saat bekerja.
“Besi tua memang agak susah [ditemukan di antara tumpukan sampah]. Namun, kaleng, alumunium, dan botol plastik sangat banyak sehingga mudah mengumpukannya,” kata Fita, saat ditemui Jubi pada Rabu, 22 Mei 2024.
Fita sudah 5 tahun mengais rezeki di antara tumpukan sampah di TPA Kampung Doyo Lama. Setiap hari, dia bekerja bersama istrinya, dari pagi hingga sore.
Selain pasangan suami-istri tersebut, banyak warga lain mengadu peruntungan di TPA Doyo Lama. Mereka membangun sejumlah pondok untuk menampung hasil pulungan, sebelum dijual ke pengepul.
“Ada penadah [pengepul] barang bekas dan bank sampah membeli barang-barang bekas ini. Mereka datang dua pekan sekali ke sini,” ujar Fita.
Pengepul menghargai Rp2.200 untuk sekilogram besi tua hasil pulungan Fita. Adapun alumunium dihargai Rp2.700 sekilogram, kaleng Rp1.500 sekilogram, dan plastik, serta kertas masing-masing Rp1.000 sekilogram.
Dalam sehari, Fita bisa meraup minimal Rp400 ribu hingga Rp700 ribu dari memulung sampah. Itu sebabnya dia banting setir dari pekerjaan lamanya sebagai buruh.
“Awal-awal memang agak sulit [menjadi pemulung]. Sekarang, saya sudah merasa nyaman. Penghasilannya juga lumayan, bisa buat kebutuhan sehari-hari,” kata warga Kompleks Perumahan Ninggei, Doyo Lama, Distrik Waibhu, Kabupaten Jayapura, tersebut.
Fita bekerja tanpa peralatan. Dia hanya mengenakan kantong plastik sebagai sarung tangan saat mengais sampah dan mengangkut hasil pulungan.
TPA Doyo Lama juga dimanfaatkan sejumlah warga untuk mencari makanan sisa buat ternak. Mereka bahkan ada yang melepas ternak supaya mencari makan sendiri di tumpukan sampah.
“Setiap pagi dan sore juga banyak mama-mama datang ke sini. Mereka mencari makanan untuk babi,” ujar Fita.
Penataan TPA
TPA Kampung Doyo Lama menempati areal seluas 2 hektare. Pemerintah Kabupaten Jayapura mengoperasikannya sejak 2014.
Saat Jubi menyambangi TPA Kampung Doyo Lama, terlihat ada tiga gunungan sampah hingga setinggi rumah di lokasi tersebut. Gunungan sampah itu melebar sepanjang sekitar 100 meter ke Selatan.
Kepala Bidang Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura Xaverius Manangsang mengatakan TPA Doyo Lama menampung sekitar 86 ton sampah setiap hari. Sampah-sampah itu diangkut dari sejumlah tempat penampung sementara di Sentani, dan wilayah di sekitarnya.
“Ada 23 truk untuk mengangkut sampah dari wilayah perkotaan setiap hari. Ada juga 10 bentor [sepeda motor bak terbuka] yang beroperasi [mengangkuti sampah] di perumahan warga,” kata Xaverius.
Armada angkutan sampah itu beroperasi setiap hari pada pukul 05:00–08:00 Waktu Papua. DLH Kabupaten Jayapura juga mempekerjakan 150 petugas kebersihan, termasuk sopir truk, dan para pengangkut sampah.
DLH Kabupaten Jayapura mematok retribusi bulanan sebesar Rp25 ribu untuk setiap keluarga yang memanfaatkan layanan angkutan sampah. Dalam setahun, mereka mengumpulkan Rp250 juta dari pungutan tersebut.
“Dalam tiga tahun terakhirnya, kami diberi target pendapatan [dari retribusi kebersihan] sebesar Rp250 juta setahun. Pada tahun lalu, kami overtarget sebesar Rp100 juta,” kata Xaverius.
Dia mengaku masih banyak yang mesti diperbaiki dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Jayapura, termasuk penataan TPA Doyo Lama. Menurutnya, kawasan tersebut semestinya dikelilingi pagar dan memiliki pos penjagaan. Itu demi keamanan dan memudah pengawasan.
“Sudah sekian kali kami usulkan ke Bappeda [Badan Perencanaan Pembangunan Daerah]. Namun, belum direalisasikan [pembangunannya],” ujar Xaverius.
Dia mengatakan volume sampah juga makin meningkat di TPA Doyo Lama. Namun, mereka tetap melarang petugas maupun pemulung membakar sampah. Selain berisiko mendatangkan kebakaran, tindakan itu mencemari lingkungan, juga membahayakan kesehatan.
Sinergi antarinstansi
Ketua Komisi C DPR Kabupaten Jayapura Hariyanto Piet Soyan juga menilai pengelolaan sampah masih belum optimal di daerah tersebut. Kontribusi retribusi kebersihan terhadap pendapatan asli daerah pun masih minim.
“Penanganan sampah selama ini tidak bermuara [berorientasi] pada pendapatan daerah. Target sebesar Rp250 juta setahun itu sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Jayapura,” kata Soyan.
Menurutnya, DLH Kabupaten Jayapura harus bersinergi dengan perangkat daerah lain untuk mengoptimalkan potensi pengelolaan sampah. Selain menggenjot hasil retribusi, mereka mesti menggiatkan program daur ulang sampah dengan melibatkan para pemulung di TPA Doyo Lama.
“Banyak orang memanfaatkan sampah tersebut untuk diolah kembali. Hal-hal seperti ini jarang sekali mendapat perhatian serius dari pemerintah,” ujar Soyan. (*)
Discussion about this post