Jayapura, Jubi – Siswa-siswi SMP Negeri 2 Jayapura mempresentasikan karya program Presisi dengan tema pemanfaatan kulit kayu untuk kemaslahatan manusia.
“Selama mengikuti program Presisi ini, kami sangat menikmatinya dan tidak ada tekanan sehingga berjalan lancar,” ujar siswi kelas 9 F di SMPN 2 Jayapura, Karen, usai mempresentasikan proyeknya di SMP Negeri 2 Jayapura, Kota Jayapura, Jumat (18/11/2022).
Tujuan proyek adalah mendapatkan pengetahuan tentang sejarah kulit kayu dalam peradaban Papua, menciptakan gerakan dalam tari kreasi Balada Kulit Kayu berdasarkan sejarah kulit kayu.
“Saya senang mengikuti program Presisi, karena saya bisa berkreasi dan berinovasi dengan lingkungan untuk dijadikan sumber belajar salah satunya dari kulit kayu agar dijaga dan dilestarikan supaya tidak punah,” jelasnya.
Kepala SMP Negeri 2 Jayapura, Dorthea Carolien Enok, mengaku presentasi karya presisi ini, dalam rangka penguatan karakter peserta didik melalui penerapan pembelajaran kontekstual berbasis seni budaya.
Selain itu, lanjutnya, sebagai implementasi program sekolah penggerak melalui kegiatan proyek penguatan profil pelajar Pancasila melalui potensi masing-masing.
“Program Presisi adalah model pembelajaran yang relevan sesuai lingkungan sekitar. Saya berharap peserta didik mengambil manfaat sebagai modal untuk belajar dengan rajin, kreatif, dan inovatif,” ujarnya.
Wakasek Kurikulum SMPN 2 Jayapura, Sumerly Samosir, mengatakan ada 12 presentasi karya presisi yang ditampilkan, yaitu tarian Balada Kulit Kayu, karya lukisan, dan pupuk organik.
Selain itu, lanjutnya, film dokumenter, gantungan kunci, papan catur dan pemukul kasti, audio book, cerpen, musik dan lagu, mahkota kulit kayu, tas, dan busana dari kulit kayu.
“Ini tahun kedua pelaksanaan program Presisi. Tahun lalu ada sembilan karya. Ini adalah kegiatan yang membuat saya senang karena para siswa terus berusaha. Dan ini, membuat saya terharu, karena saya melihat secara langsung mereka melakukan yang terbaik,” ujarnya.
Presentasi karya presisi ini, Sumerly menambahkan, setelah dipersiapkan dari Juli dan didampingi guru pendamping dan bekerjasama dengan sanggar seni budaya dan tata busana.
Anggota tim perumus program Presisi dan supervisor presisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Indonesia, Susilo, mengaku melalui kesempatan ini peserta didik belajar dengan baik dan giat.
“Presisi ini bukan hanya tampilan saja tapi terkait dengan proses pembelajaran. Tidak berhenti sampai disini tapi keterampilan dan kreatifitas anak terus berlanjut dalam proses pembelajaran,” ujarnya.
Susilo mengatakan program presisi membangun karakter peserta didik dalam proses belajar dengan lingkungan sekitar dan sumber belajar dan memaknai proses belajar.
“Anak-anak melakukan dengan senang dan gembira tidak ada tekanan saat melaksanakan program Presisi. Manfaat adalah kunci dari belajar. Saat melakukan kesalahan, lalu melakukan perbaikan, itulah namanya belajar,” ujarnya. (*)