Sentani, Jubi – Hujan deras yang mengguyur Kota Sentani, Kabupaten Jayapura, pada Kamis (2/3/2023) malam, mengakibatkan jalan raya di sepanjang Kota Sentani menuju Kemiri, dipenuhi antrean panjang kendaraan yang macet. Kemacetan ini akibat meluapnya air di selokan sepanjang jalan raya Sentani, yang membuat sampah dan lumpur menumpuk dan mengeras di tengah jalan.
Dari pantauan Jubi di lapangan, petugas kebersihan serta warga dan pemilik toko serta kios di sepanjang ruas jalan raya Sentani-Kemiri masih membersihkan tumpukan pasir, lumpur, dan sampah.
Salah satu tukang ojek di pangkalan dekat lokasi, Arland Mui, mengatakan pembersihan ruas jalan dan drainase sekitar pertigaan Jalan Sosial dan di depan Markas 751 R Sentani, dikerjakan sejak pagi hingga siang.
“Tadi malam itu justru ada tumpukan batang-batang pohon yang besar di jalan raya ini, sementara dibersihkan dan antrean kendaraan sudah dari pagi tadi,” ujar Arland di Sentani, Jumat (3/3/2023).
Dikatakan, sejak malam sekitar pukul 20.00 WP, hujan deras beserta angin kencang melanda Kota Sentani.
“Setiap hujan, pasti kondisi jalan seperti ini. Pasir dan lumpur memenuhi badan jalan raya. Tidak ada perhatian juga untuk drainase yang dibangun di pinggir jalan, minimal dikasih bersih atau keruk lumpur dan pasir di dalamnya, sehingga air bisa lewat dengan mulus,” jelasnya.
Hal senada juga dikatakan Arsyad seorang penjual gorengan di pertigaan Jalan Sosial, bahwa hujan semalam sepertinya tidak sama seperti hari-hari sebelumnya.
“Bulan Maret ini seperti sudah ‘tradisi’ yang terjadi berulang kali, sejak 2005, 2006 pasti hujan dan banjir terjadi di bulan Maret, 2007 terjadi hujan dan banjir seperti tadi malam dan Jembatan Tahara patah, Jembatan Pojok dan Hawai juga. Pada 2019 lebih besar lagi bencana banjir bandang yang terjadi pada 16 Maret,” ungkapnya.
Warga BTN Sosial Sentani ini menilai, dampak lingkungan yang rusak menjadi faktor utama datangnya banjir yang cukup besar.
“Sekalipun hujan deras, kalau daerah resapannya tidak tersedia akibat dikeruk atau ditebangi pohon-pohonnya, maka tidak ada tempat resapan air. Makanya, ketika volume airnya meningkat pasti banjir bandang terjadi,” ucapnya. (*)