Wamena, Jubi – Penjabat Gubernur Papua Tengah, Ribka Haluk, bersama Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Intan Jaya, Marten Tipagau, Kamis (24/8/2023), mengujungi para siswa dari berbagai kabupaten di Papua Tengah yang bersekolah di Sekolah Anak Indonesia (SAI), Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kunjungan Pj Gubernur Papua Tengah untuk melihat langsung proses belajar mengajar siswa-siswi asal Papua Tengah di Sekolah Anak Indonesia, terutama mengenai penerapan kurikulum Pengkajian Budaya Papua dan Modernisasi atau PBPM yang diterapkan Sekolah Anak Indonesia untuk siswa dari Papua.
Dalam kunjungannya, Ribka Haluk dan Marten Tipagau berkesempatan melihat dan mendengar langsung alur proses belajar dari anak-anak yang bersekolah di Sekolah Anak Indonesia, juga untuk mencoba berbagai produk dari program entrepreneurship di SMA SAI, salah satunya adalah pizza ubi ungu dan papuana (olahan sagu dengan keripik ubi dengan sambal ikan dan saus gula merah).
“Pemerintah provinsi akan selalu mendukung pelaksanaan program pendidikan dasar dan menengah yang menjadi wewenang kabupaten, dengan berencana membangun sekolah unggulan khususnya daerah-daerah konflik, kebetulan Yayasan Alirena telah memiliki visi yang sama dengan Sekolah Anak Papua,” ujar Ribka Haluk dalam siaran pers SAI yang diterima Jubi.id pada Senin (28/8/2023).
Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Intan Jaya, Marten Tipagau, mengatakan anak-anak Papua Tengah khususnya Intan Jaya butuh sekolah yang memiliki pendekatan berbeda, mengenai rencana pembangunan Sekolah Anak Papua yang diharapkan dapat dibangun di Nabire dengan sistem kurikulum PBPM yang sama seperti Sekolah Anak Indonesia di Kabupaten Bogor.
“Terima kasih kepada pembina Yayasan Alirena yang peduli dengan anak-anak Papua,” ujar Marten Tipagau.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan wilayah I Provinsi Jawa Barat, Abur Mustikawanto, menyatakan berbagai project dan program pembelajaran yang dikembangkan di Sekolah Anak Indonesia dirancang secara khusus sesuai konteks budaya anak-anak dari berbagai penjuru di Tanah Papua.
“Saya bangga dan terharu dengan program di Sekolah Anak Indonesia yang diterapkan untuk anak-anak Papua. Pembelajaran di sini berbeda, menggunakan project yang menjadi dasar pembelajaran di kelas,” ujarnya. (*)