Jayapura, Jubi – Kekecewaan dari tokoh perempuan dan wakil pemimpin Partai Aliansi Rakyat, Lynda Tabuya, soal terjadinya penurunan jumlah anggota parlemen perempuan di Fiji. Bayangkan, pada pemilihan umum 2018 lalu sebanyak 10 orang anggota parlemen perempuan. Tetapi dalam pemilihan umum 2022 hanya enam orang perempuan yang duduk di parlemen Fiji 2022-2026.
Ini adalah sentimen Wakil Pemimpin Aliansi Rakyat, Lynda Tabuya, yang merupakan salah satu dari enam kandidat perempuan yang telah terpilih.
“Kita perlu melihat cara-cara ke depan untuk memungkinkan lebih banyak partisipasi perempuan di Parlemen,” kata Wakil Pemimpin Aliansi Rakyat Fiji, Lynda Tabuya, sebagaimana dilansir jubi.id dari https://www.fbcnews.com.fj.
Ditambahkan sedih dengan fakta bahwa telah terjadi penurunan jumlah anggota parlemen perempuan setelah pemilihan umum 2022 pada 14 Desember 2022.
“Jika kita harus mempertimbangkan langkah-langkah khusus sementara, jadi kuota untuk kursi perempuan di Parlemen saya pikir kita harus melihat itu. Kita juga harus dapat meninjau kembali sistem pemilihan kita sistem D’Hont dan melihat apakah kita dapat melakukan sesuatu tentang ambang batas yang sangat tinggi untuk parlemen beranggotakan 55 orang 5 persen dan juga untuk juga melihat pemberdayaan perempuan ketika mereka datang ke politik untuk membantu mereka agar dapat berjalan secara adil,” katanya.
Sebagai catatan, jubi.id mengutip Wikipedia menyebutkan bahwa Metode D’Hondt atau metode Jefferson adalah metode rata-rata tertinggi yang digunakan untuk menentukan pembagian kursi di parlemen. Di Amerika Serikat, metode ini dinamai dari Thomas Jefferson yang memperkenalkan metode ini untuk pembagian kursi di Dewan Perwakilan Amerika Serikat pada 1791. Sementara itu, di Eropa, metode ini digagas oleh matematikawan Belgia, Victor D’Hondt, pada 1878.
Metode ini dirancang untuk memastikan agar pembagian kursi dapat dilakukan seproporsional mungkin. Bila dibandingkan dengan metode Sainte-Laguë, metode ini cenderung menguntungkan partai-partai besar.
Jika dibandingkan dengan negara negara Melanesia lainnya, sebenarnya jumlah keterlibatan anggota perempuan di parlemen Fiji masih lebih besar ketimbang Papua Nugini, Vanuatu, Solomon Island.
Fiji pada pemilu 2018 melahirkan 10 anggota parlemen, namun pada 2022 turun menjadi enam orang anggota parlemen perempuan.
Vanuatu dalam pemilihan umum pada 13 Oktober 2022 hanya Julia King yang berhasil menjadi kandidat anggota parlemen perempuan sejak 2008. Papua Nugini Pemilu Juli 2022 berhasil memperoleh dua anggota parlemen antara lain Gubernur Provinsi Central Rufina Peter, dan anggota parlemen Pantai Rai Kessy Sawang. Sedangkan di Kepulauan Solomon mempunyai empat anggota parlemen perempuan. Kepulauan Solomon baru akan melaksanakan Pemilu 2024 setelah pelaksanaan Pasifik Games 2023. (*)