Jayapura, Jubi – Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN Kawasan Kerja Bersama Jayapura, Erlin Novita Idje Djami menyatakan ada sejumlah benda prasejarah dan benda sejarah yang ditemukan dalam penelitian BRIN di Lembah Grime, Kabupaten Jayapura, Papua pada 2023. Hal itu dinyatakan Erlin di Kota Jayapura, Jumat (19/1/2024).
Menurut Erlin, banyaknya temuan benda prasejarah dan benda sejarah membuat Lembah Grime layak dijadikan cagar budaya. “Kemarin [penelitian] kami konsentrasi di Kabupaten Jayapura, di kawasan Lembah Grime. Di situ kami menemukan sejumlah peninggalan budaya megalitik yang cukup bervariasi,” katanya.
Ia menjelaskan peninggalan megalitik itu ditemukan di beberapa kampung, seperti Kampung Meggeling, Kampung Sawoi, dan Kampung Bring. Erlin menjelaskan bahwa benda megalitik yang ditemukan memiliki beragam cerita yang berkaitan dengan kehidupan zaman tertentu di Lembah Grima.
Di Kampung Menggeling misalnya, ditemukan batu lingkar, atau disebut dengan batu temu gelang. Batu itu merupakan barang peninggalan milik kepala perang.
“Di situ juga ada telapak kaki Woiram di Kali Wasi. Woiram sendiri seorang tokoh yang [diceritakan] mempunyai anak dari tetesan darahnya sendiri. Ada juga namanya batu bontiuk, yang merupakan batu [penanda] perbatasan wilayah kampung,” katanya.
Penelitian BRIN juga menemukan batu yang disebut lumpang batu. Lumpang batu adalah alat yang digunakan untuk membuat ramuan dan menghaluskan makanan.
Di Kampung Sawoi, penelitian BRIN menemukan beberapa peninggalan pada zaman prasejarah.“Di Kampung Sawoi ada batu temu gelang, tapi kondisinya sudah sangat tidak terawat karena sudah dipenuhi dengan tumbuhan. Ada juga yang berada di area kebun, sudah terpindahkan dari posisinya. Batu itu berkaitan dengan Demuotru, batu untuk musyawarah adat. Ada yang [menyebutnya] Dumutrui, dan ada yang [menyebutnya] Dumtru. Itu istilah yang mereka [warga setempat] pakai,” katanya.
Menurut Erlin, penemuan terpenting ada di Kampung Bring. Di sana, para peneliti menemukan situs megalitik yang berkaitan dengan kisah penciptaan manusia. Erlin menyatakan situs itu harus tetap dijaga sebagai objek budaya, dilestarikan sebagai sejarah.
“Di Kampung Bring, temuan kami luar biasa, karena mempunyai cerita kehadiran manusia yang riil. Di Kampung Bring itu ada cerita manusia yang terbuat dari tanah liat, dan juga ada yang namanya titik pusat bumi atau ‘Yangsu’. Mereka bercerita bumi ditempatkan di atas empat ekor naga yang saling berhubungan. Makanya mereka namakan pusat bumi, itu empat penjuru mata angin,” katanya.
Menurutnya banyak benda prasejarah yang mempunyai cerita yang saling berkaitan dengan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang terjadi pada saat itu. Ada benda yang berupa tungku api tiga batu. Tungku api itu berkaitan dengan dua perempuan yang berperan penting bagi sumber kehidupan dan sumber ekonomi.
“Tunggu api dibilang Nangkli Katuk, sedangkan batu ekonomi dibilang Duandi. Itu gambaran dari dua perempuan yang menjadi sumber kehidupan dan ekonomi dalam cerita itu. Mereka berdua memberi makan semua manusia,” kata Erlin.
Ia berharap semua temuan itu bisa dijadikan cagar budaya sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dengan penetapan cagar budaya itu, Erlin berharap benda prasejarah dan benda sejarah itu bisa memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.
BRIN akan membuat proposal ke Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk mendukung penelitian terkait dengan peninggalan prasejarah di wilayah Kabupaten Jayapura. “Saya akan mencoba membuat proposal ke Pemerintah daerah bisa mendukung kami dalam inovasi di kawasan Lembah Grime,” kata Erlin. (*)
Discussion about this post