Jayapura, Jubi – Universitas Cenderawasih atau Uncen kembali menjalankan program Studentpreneur atau Super—sebuah program pendidikan kewirausahaan untuk mahasiswanya. Pada 2024, Uncen mengucurkan bantuan modal yang totalnya senilai Rp450 juta, dan telah dikucurkan kepada 50 mahasiswa peserta program Studentpreneur.
Ketua Tim Kreatif Kewirausahaan Uncen-Super, Kurniawan Patma SE MAk CAP CRP CISSA nilai bantuan modal pada Program Super 2024 diberikan kepada kelompok mahasiswa Uncen yang memiliki beragam usaha. Setiap kelompok menerima bantuan modal senilai Rp9 juta.
Nilai bantuan modal itu lebih besar dibandingkan niai bantuan modal Super 2 2022 yang senilai Rp8 juta per kelompok, maupun nilai bantuan modal Super 1 2021 yang senilai Rp7 juta per kelompok. Kurniawan menjelaskan besaran bantuan modal diberikan Program Super berbeda-beda karena disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. Total nilai bantuan modal yang telah dikucurkan sejak 2021 mencapai Rp1,2 miliar (tahun 2023 tidak ada kucuran bantuan modal program tersebut).
Menurut Kurniawan, setiap kelompok usaha mahasiswa Uncen yang ingin mengakses bantuan modal Super harus mengajukan proposal usaha. Kelompok usaha yang lolos tahap seleksi awal itu kemudian diminta mempresentasikan prospek usahanya kepada pengelola Program Super.
Kurniawan mengatakan pelaksanaan kewirausahaan ini telah diikuti mahasiswa dari berbagai fakultas. Mereka antara lain mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
“Harusnya ada perwakilan dari fakultas, tapi tidak semua [fakultas] terwakili. Tidak ada sama sekali itu [dari] Fakultas Kedokteran,” kata Kurniawan pada Kamis (27/6/2024).
Dari sisi keberlanjutan usaha, Kurniawan mengatakan beberapa kelompok mahasiswa penerima bantuan modal Super tidak maksimal mengembangkan usahanya Pasalnya, mereka tidak memiliki tempat untuk menjual produknya.
Hasil monitoring dan evaluasi Program Super 1 mencatat ada dua kelompok yang perkembangan usahanya sangat baik, karena sudah mendaftarkan merek dagangnya. Ada pula 17 kelompok usaha yang masih berjalan. Selebihnya, 31 kelompok usaha tidak lagi menjalankan usahanya.
“Kriteria sangat baik itu sudah punya legalitas usaha terdaftar, punya Nomor Induk Berusaha, kinerja keuangan usaha yang terkonfirmasi baik dari laporan laba/rugi, serta mempunyai tempat usaha yang tetap. Kriteria baik itu adalah kinerja keuangan usaha terkonfirmasi dari laporan laba/rugi, serta mempunyai tempat usaha yang tetap,” ujarnya.
Kurniawan mengatakan dari Program Super 2 masih terdapat 6 kelompok usaha yang menjalankan usahanya dengan sangat baik, dan 21 kelompok yang usahanya berjalan baik. Sisanya, 23 kelompok tidak lagi menjalankan usaha mereka.
Sejumlah 50 kelompok yang mengikuti Program Super 3 masih berjalan sambil mendapatkan pendampingan, monitoring dan evaluasi oleh Tim Uncen.“ Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap satu bulan dua kali, [dilakukan] selama setahun,” ujarnya.
Bangun fasilitas penjualan
Kurniawan mengatakan pihaknya telah mengantisipasi kendala tidak adanya tempat berjualan bagi peserta Program Super. Uncen menyediakan container booth dan tenda yang dijadikan tempat para peserta program menjual produk mereka.
Para peserta program juga tetap bisa berjualan di luar kampus, dan tetap bisa mengikuti berbagai festival kewirausahaan. “Rencana tahun ini Uncen ada buat pameran kewirausahaan lagi,” katanya.
Kurniawan mengatakan Uncen masif mendorong kegiatan kewirausahaan itu, agar spirit kemandirian dan kewirausahaan itu betul-betul tertanam dalam diri mahasiswa. “[Lulusan Uncen] diharapkan bisa wirausahawan sukses yang turut andil dalam membuka lapangan pekerjaan menyongsong bonus demografi,” ujarnya.
Salah satu peserta Program Super, Asrita Kamelia bersama temannya Sapira Dantru dan Chrita Natalia Yoku memulai usaha abon ikan gabus sejak November 2022. Asrita bercerita awalnya mereka hanya mau memenuhi tugas mata kuliah saja.
Setelah mendapat bimbingan dari dosen dan Tim Program Supre, Asrita dan kawankawannya tertarik untuk berwirausaha. “Kami mencoba memberanikan diri untuk terlibat di kegiatan ituDengan memasukan proposal. Proposal kami disetujui, dan kami diberi modal usaha,” katanya.
Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uncen tersebut mengatakan abon ikan gabus produksi mereka dijual dengan harga Rp60 ribu per 100 gram. Setiap kali produksi, Asrita dan kawan-kawan bisa membuat 10 kilogram abon gabus, dan menjualnya melalui bazaar atau dijajakan secara langsung.
“Kami belum bisa menitipkan produk kami ke [pusat perbelanjaan seperti] Saga dan toko lainnya, karena masih kewalahan dengan waktu kuliah. [Abon ikan gabus diproduksi secara] manual, sehingga belum bisa memenuhi permintaan pasar. Kami [belum] mengurus Izin Pangan Industri Rumah Tangga atau PIRT, karena tempat produksi [kami] belum memenuhi standar rumah produksi,” ujarnya.
Asrita mengatakan produk abon ikan gabus telah memiliki Nomor Induk Berusaha dan telah mendapat sertifikat halal. Saat ini, kelompok Asrita sedang mendaftarkan merek dagang mereka, ASC Super Abon.
“Kami produksi berdasarkan permintaan saja, karena keterbatasan tenaga dan juga produksinya masih manual. Ditambah lagi, harga ikan sekarang sangat mahal,” katanya.
Menurut Asrita, program wirausaha Super sangat baik dan membantu mahasiswa mengenal dunia usaha. Asrita mengatakan ia bisa memperoleh pendapatan untuk membantu ekonomi keluarga, dan juga membiayai kuliah secara mandiri.
“Selain kuliah, mahasiswa juga dibekali dengan skil, sehingga pandangan mahasiswa tidak hanya [bercita-cita menjadi] Pegawai Negeri Sipil. [Mahasiswa bisa bercita-cita] membuka usaha sendiri,” ujarnya.
Peserta program Super lainnya, Herman dan Jevon mengaku program wirausaha yang dibuat Uncen sangat bagus. Herman dan Jevon berjualan hipere ice cream dengan harga Rp10 ribu, kopi susu mahasiswa seharga Rp15 ribu dan aneka jenis kue-kue dengan harga Rp3 ribu. “[Kami] membikin [usaha] yang murah bagi mahasiswa,” kata Herman pada Rabu (27/8/2024).
Herman dan Jevon baru memulai usaha dari April 2024. Ia memasarkan jualan mereka di kampus dan menawarkannya lewat media sosial. “Es krim dan donat yang sering diminati. Belum hitung pendapatan selama ini. Sekali berjualan itu 50 cup untuk es krim, habiskan modal Rp150 ribu. Pendapatan bersih dari jualan hipere ice cream itu Rp350 ribu,” ujarnya.
Herman berharap Program Super dapat terus dilanjutkan. Ia mengajak mahasiswa mengambil kesempatan untuk memulai berwirausaha. “Program wirausaha sangat bagus. Ide bisnis banyak, tapi terkendala modal. Karena ada program wirausaha ini, harus ikut, jangan buang-buang kesempatan. Jangan berpatok untuk kerja di kantor. Ada wadah Super, siapa tahu bisa sukses,” katanya. (*)
Discussion about this post