Enarotali, Jubi – Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan karena terdapat pandangan keliru dalam masyarakat.
Kepercayaan dari masyarakat bahwa kusta merupakan penyakit keturunan masih ada yang beranggapan bahwa penyakit ini kutukan, akibat roh jahat atau guna-guna.
Guna meminimalisir argumentasi tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Paniai melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) mengadakan workshop pencegahan dan terapi penyakit Kusta pada Sabtu, (6/8/2022) di aula Dinas Kesehatan Paniai, Papua.
Plh. Kepala Dinkes Paniai, dr. Laswan Siallagan kepada Jubi, Senin, (15/8/2022) mengatakan, epidemiologi penyakit kusta, serta data dan fakta kusta di Paniai pihaknya temukan penderita baru Kusta di Paniai per Januari hingga Juli 2022 tercatat 23 kasus.
“Kasus kusta ini tersebar di tiga distrik, yakni Paniai Timur, Yatamo dan Kebo. Kusta masih menjadi masalah Kesehatan karena terdapat pandangan keliru dalam masyarakat,” kata dr. Laswan Siallagan.
Workshop dihadiri 100 tenaga kesehatan (nakes) terdiri dari dokter, perawat, bidan, analis dan tenaga kesehatan lainnya.
Menurut dia, kepercayaan dari masyarakat bahwa kusta merupakan penyakit keturunan dan masih ada yang beranggapan bahwa penyakit ini kutukan, akibat roh jahat atau guna-guna. Hal ini menurut dia, membentuk stigma negatif terhadap penderita Kusta.
“Kebosanan juga dialami penderita karena konsumsi obat yang memakan waktu 12 bulan, diperberat dengan tidak adanya dukungan keluarga menyebabkan penderita kehilangan semangat dan harapan untuk sembuh,” ucapnya.
Ia berharap setelah kegiatan ini peserta memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh dari pendekatan medis umum maupun mental disertai dukungan dan motivasi agar penderita kusta minum obat sampai tuntas dan sembuh.
Salah satu narasumber, dr. Rina Natalia Sihombing mengajarkan tata cara deteksi dan tata laksana Kusta. Pada sesi ini dr. Rina menekankan pentingnya mengenal tanda dan gejala Kusta.
“Kami mengajarkan cara pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosa Kusta,” ucapnya.
Lebih lanjut dia, cara pemberian obat yang tepat sesuai dosis dan aturan minum, obat harus diminum teratur setiap hari selama 12 bulan agar penyakit ini sembuh sempurna.
Topik yang sangat penting namun seringkali terabaikan karena kurangnya pemahaman, disampaikan oleh narasumber ketiga, dr. Grace Catherine aspek Psikiatri atau kondisi mental yang sering dijumpai pada pasien kusta.
“Gangguan psikotik, gangguan cemas dan depresi dapat dialami oleh penderita Kusta. Oleh karena itu, sangat penting bagi tenaga kesehatan mengenali secara dini kondisi-kondisi psikiatri pada penderita Kusta sehingga dapat memberikan terapi secara holistik, disertai dengan pemberian motivasi dalam kepatuhan meminum obat,” katanya.
Sebab lanjutnya, penyakit ini dapat sembuh jika obat diminum sampai tuntas. Dukungan keluarga maupun lingkungan sekitar akan memberikan hasil pengobatan (luaran terapi) yang baik pada penyakit ini. (*)