Jayapura, Jubi- Tradisi dan modernisasi bukan sesuatu yang bertentangan. Zaman sudah semakin maju tapi tidak meninggalkan tradisi. Mempertahankan tradisi juga artinya tidak menutup diri dari perubahan-perubahan yang terjadi. Dua-dua dijalankan.
Hal itu dikatakan Meilaine Osok, Sekretaris Jenderal Papua Youth Creative Hub atau PYCH dalam Forum Diskusi Literasi Demokrasi yang diselenggarakan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik atau Kominfo dengan topik “Harmoni Tradisi dan Modernisasi serta Inovasi Kreasi Anak Muda Papua di Papua Youth Creative Hub, Kota Jayapura, Provinsi Papua pada Kamis (27/06/2024).
“Jadi kalau mau ikut perkembangan modernisasi, jangan juga meninggalkan tradisi agar kedua tersebut jalannya seimbang,”katanya
Osok juga mengatakan boleh semakin modern. Tapi jangan melupakan budaya atau identitas setiap suku. Kalau dilupakan maka kekayaan yang dimiliki akan hilang. Tapi misalnya mempertahankan tradisi lalu tidak ikut modernisasi nanti tertinggal. Tidak bisa bersaing. Anak muda Papua dituntut untuk membuka wawasan. Berinovasi dan berkreasi.
“Supaya teman-teman muda bisa menghadapi berbagai perkembangan digital yang ada tapi juga tidak meninggalkan identitas budayanya,”katanya
Harapannya di zaman sekarang ini 1 sampai 10 orang tidak meninggalkan identitas budayanya. tetapi lebih banyak lagi mengenali tentang identitas budaya. .
“Pertama, kita harus kenali dulu apa yang sedang berubah dari dari tempat di sekitar dimana kita berada. Itu yang membuat kita tahu, identitas kita ada yang berubah, dan itu akan menjadi acuan yang membuat kita sadar, harus kembali ke identitas kita tanpa harus menutupi diri dari perkembangan,”katanya
Menurutnya, Papua sebagai daerah yang kaya akan budaya dan tradisi serta memiliki potensi besar dalam menciptakan inovasi, melalui harmoni dan tradisi serta modernisasi.
Maria Way Mahasiswa Universitas Cenderawasih sebagai peserta yang mengikuti diskusi tersebut, mengatakan kegiatan seperti ini sangat bermanfaat. Apalagi kegiatan ini membuka wawasan mengenai tradisi dan bagaimana cara mengimbangkan tradisional dengan modernisasi yang ada sekarang ini.
Ia juga berpendapat, setiap narasumber dan pemaparan kemudian jawaban-jawaban yang diberikan sangat luar biasa.
Kalau bisa katanya, kegiatan seperti ini bisa dibuat 1 sampai 2 kali dalam seminggu. Pesertanya diperluas entah dari tingkat sekolah menengah, mahasiswa dan juga untuk umum.
“Dan kalau bisa untuk teman-teman yang ada di sekitaran Jayapura, Sentani bisa diberikan akses untuk datang sama-sama mengikuti kegiatan seperti ini. Supaya mereka juga mendapatkan informasi yang lebih luas lagi,”katanya (*)
Discussion about this post