Jayapura, Jubi – Tim Selam PON Papua telah berlatih selama berbulan-bulan demi menyambut Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI Aceh – Sumatera Utara. Meskipun pemusatan latihan para atlet selam Papua digelar secara mandiri oleh Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia atau POSSI Papua, mereka bertekat untuk berjuang keras untuk mencetak prestasi dalam PON XXI.
Ketua POSSI Papua, John Mampioper mengatakan ada sembilan atlet selam Papua yang lolos kualifikasi PON XXI. Mereka adalah Very Dwi Irjayanto, Faradhilah Hehanussa, Kesita Mampioper, Alegro Adadikam, Gil R Rongrean, Dave Mamengko, Rulland Mattew, I Gusti Agung Lely, dan Jasmin Stalker.
Kesembilan atlet selam PON Papua itu akan berkompetisi dalam lomba Orientasi Bawah Air (OBA) di laut, maupun lomba selam di kolam. Mampioper mengungkapkan para atlet selam itu sudah mengikuti pemusatan latihan (TC) yang digelar POSSI Papua secara mandiri, tanpa dukungan dana dari KONI Papua.
Para atlet selam nomor OBA/Laut mengikuti pemusatan latihan di Pantai Dok II, Kota Jayapura. Sedangkan atlet selam kolam berlatih secara tersebar di Jakarta, Bogor dan Bandung.
Mampioper menyatakan pihaknya memahami keterbatasan dana KONI Papua, dan mengakui pemusatan latihan yang digelar secara mandiri oleh POSSI Papua memiliki banyak keterbatasan. Namun ia tetap optimistis Tim Selam PON Papua akan berprestasi pada PON XXI nanti.
“Kondisi saat ini cukup berbeda dengan PON sebelumnya. Tapi, karena kami sudah memastikan lolos dan mendapatkan kuota ke PON, jadi kami tetap optimis dan menjalankan persiapan sesuai periodisasi latihan,” kata Mampioper.
Pelatih Selam Papua khusus nomor OBA, Febri mengatakan perkembangan persiapan atletnya sudah memasuki tahapan latihan teknik, salah satunya pencarian rambu. Menurutnya, pemusatan latihan mandiri.
“Untuk sementara kita sudah masuk [tahapan] latihan teknik. Kami sementara ini tetap berlatih mempersiapkan diri, TC kami secara mandiri,” kata Febri.
Belum adanya kucuran dana Pemerintah Provinsi Papua kepada KONI Papua membuat sejumlah organisasi induk cabang olahraga kesulitan mempersiapkan atletnya berkompetisi dalam PON XXI Aceh – Sumatera Utara. POSSI Papua pun terdampak keringnya kucuran dana pemerintah daerah itu, namun tetap optimis menyongsong PON XXI.
“Kami akan berusaha sebaik mungkin dengan persiapan yang ada. Kami yakin TC [yang dibiayai dengan] dana [kami] sendiri bisa menjadi barometer [bagi] kami bersaing di PON XXI nanti. Kami mengapresiasi atlet [yang bersemangat dan] punya daya juang lewat latihan intensif,” ujar Mampioper.
Nomor OBA jadi tumpuan
Atlet putri selam Papua nomor OBA, Faradhilah Hehanusa menuturkan intensitas latihannya meningkat, mengingat waktu pelaksanaan PON XXI semakin mendekat. “PON XXI tinggal sebentar lagi, kami sebagai atlet menjalani latihan yang lebih intensif dari pada biasanya,” katanya.
Menurutnya, berbagai keterbatasan dalam pemusatan latihan POSSI Papua tak menyurutkan semangat para penyelam Papua dalam mempersiapkan dirinya menuju PON XXI.
“Dari sisi mental, menurut saya pribadi tidak begitu berpengaruh, karena saya yakin kami memiliki tujuan yang sama, yaitu mengharumkan nama Papua. Meskipun kondisi latihan seperti sekarang, tidak akan berpengaruh kepada semangat kami dalam melaksanakan latihan,” ujarnya.
Faradhilah menyebut lawan terberatnya adalah atlet selam DKI Jakarta, Jawa Barat dan Riau. Namun ia yakin bisa tampil kompetitif dalam PON XXI. “Kami berusaha berikan yang maksimal buat Papua. Insya Allah saya masih bisa bersaing dengan mereka,” katanya.
Nomor Orientasi Bawah Air (OBA) yang menjadi spesialisasi Faradhilah masih dijadikan tumpuan bagi POSSI Papua untuk menyumbang medali PON XXI bagi Kontingan PON Papua. Pasalnya, pada PON XX Papua 2021 lalu, para penyelam OBA Papua sukses meraih empat medali emas.
John Mampioper menyebut para penyelam OBA Papua juga mencetak prestasi dalam Pra PON Selam 2024, dengan meraih tiga medali perak. “Semua atlet kami sudah melewati beberapa proses latihan fisik maupun taktik. [Mereka juga berlatih] teknik, terutama dalam penguasaan waktu tempuh sesuai dengan nomor masing-masing,” kata Mampioper.
Ia menyadari persaingan cabang olahraga selam dalam PON XXI Papua sangat ketat. Tim Selam PON DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur telah mengikutsertakan atlet mereka dalam berbagai perlombaan uji coba di luar negeri.
“Tantangan kami cukup berat, berhadapan dengan atlet-atlet DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan dan Sumatera yang persiapannya sudah jauh lebih matang. [Mereka unggul] baik [dalam hal] dukungan pembiayaan dan fasilitas TC. Mereka lakukan try out ke luar negeri. Sementara kami masih fokus di daerah saja,” ujarnya.
Namun, POSSI Papua tidak minder. Mereka optimis atletnya bisa kembali menyumbangkan medali PON XXI dari nomor OBA. “Terakhir kami melakukan try out di Kejurnas di Bogor dan di Palembang atlet kita bisa mendapatkan medali emas dan perak. Itu menjadi gambaran dan tolak ukur kami. Nomor laut itu menjadi unggulan kami untuk menyumbangkan medali. Minimal medali perak, tapi tak menutup kemungkinan [kami] bisa bersaing dalam perebutan [medali] emas,” ujar Mampioper.
Butuh cepat beradaptasi dengan arena
Pelatih Selam, Febri juga tak mau muluk-muluk mematok target. Ia mengatakan timnya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membawa pulang medali. “Soal target kami hanya bisa berjuang dan berusaha saja, kami memang tidak menargetkan seperti PON kemarin, tapi kami tetap optimis bisa membawa pulang medali, minimal perunggu,” kata Febri.
Tim Selam PON Papua ingin secepatnya berangkat ke Sabang, Nangroe Aceh Darussalam, agar dapat segera beradaptasi dengan lokasi arena selam OBA PON XXI. Menurut John Mampioper, ia ingin timnya telah tiba di Sabang pada pekan ketiga Agustus 2024.
“Waktu yang tersisa hanya tinggal kurang lebih 1 bulan 3 minggu, karena [pada] minggu ketiga bulan Agustus kami sudah harus menjajal venue di Sabang, untuk adaptasi di sana,” kata Mampioper.
Febri juga berharap timnya bisa tiba lebih awal di Aceh. Menurutnya, penting bagi para atletnya untuk menyesuaikan diri dengan lokasi perlombaan.
“Bulan September kita sudah berlomba. Kami berharap dua minggu sebelum perlombaan kami sudah harus [berada] di lokasi untuk penyesuaian arena lomba. Dua minggu itu pun sudah sangat singkat sekali,” katanya. (*)