Sentani, Jubi – Penjabat (Pj) Bupati Jayapura, Triwarno Purnomo, menegaskan bahwa pelaksanaan tes bagi 817 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) saat ini sangat penting.
Dari data yang diperoleh, sebagian besar peserta yang masuk dalam kuota 817 ini ada yang sudah kerja di tempat lain, ada yang meninggal, dan ada yang sudah pindah domisili.
“Pembukaan tes CPNS tadi dihadiri langsung dari pihak BKN Pusat. Dan sangat diharapkan tes ini dapat berjalan dengan baik,” ujar Pj Bupati Triwarno di lapangan upacara Kantor Bupati Jayapura di Gunung Merah, Sentani usai peringatan Hari Aksara Internasional, Senin (25/9/2023).
Triwarno juga mengatakan setelah tes CPNS bagi 817 peserta, akan dilanjutkan juga tes yang sama bagi 183 peserta yang belum terakomodir dalam ujian saat ini.
“Dari total 817 ini karena ada yang sudah bekerja dan pindah domisili bahkan ada yang sudah meninggal maka diharapkan kuota ini juga digunakan bagi 183 yang belum ikut tes, tetapi semuanya harus ikut tes, baik yang 817 maupun yang 183,” katanya.
Menurutnya, yang mengikuti tes saat ini sebanyak 817 orang telah sesuai dengan SK Menpan RB dan telah melalui verifikasi serta validasi data oleh Badan Kepegawaian Pusat. Sementara kuota 183 orang ini sementara berproses dan pastinya akan mengikuti tes yang sama.
“Hal seperti ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Jayapura, tetapi sama juga dengan daerah lain di Papua,” katanya.
Salah seorang tenaga honorer, Markus Yom, yang telah mengabdi selama 13 tahun pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura, mengatakan bahwa formasi penerimaan CPNS pada 2019 lalu totalnya mencapai seribuan orang, tetapi dalam prosesnya hanya 817 saja yang terdata atau terdaftar dan mengikuti tes.
“Pendaftaran yang lalu sudah kami ikuti, lalu untuk mengikuti tes, dalam surat keputusan pemerintah daerah yang mengikuti tes adalah tenaga honorer yang telah mengabdi selama lima tahun ke atas. Tetapi nyatanya, ini ada banyak nama yang sama sekali bukan bagian dalam kategori honorer dan baru masuk 3 bulan sudah mendapat jatah nama untuk ikut tes CPNS saat ini. Sangat tidak adil sekali,” ujarnya.
Markus juga mempertanyakan keberpihakan dari pejabat daerah terhadap para honorer yang sudah belasan hingga puluhan tahun mengabdi di Bumi Khena Mbai U Mbai ini tetapi tidak diperhatikan untuk tembus mengikuti tes CPNS.
“Yang jadi pejabat, bisa dengan mudah menempatkan siapa saja yang mereka mau, anak, adik, ipar, dan keluarganya. Sementara kami yang honorer hanya bisa elus dada dari setiap formasi penerimaan pegawai tidak tembus terus, ikut tes saja sangat susah,” katanya. (*)